Rahasia Husnul Khatimah, Akhir yang Baik bagi Setiap Muslim
foto: muslimaid
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Kematian sering kali datang secara tiba-tiba, dan kondisi manusia saat meregang nyawa pun berbeda-beda.

Status akhir dari kematiannya juga dapat berbeda: apakah seseorang wafat dalam keadaan husnul khotimah (akhir yang baik) ataukah su’ul khotimah (akhir yang buruk).

Salah satu tanda husnul khotimah yang lazim diketahui kaum muslimin adalah ketika seseorang yang hendak meninggal dunia mengucapkan kalimat syahadat, yaitu لَا إِلٰهَ إِلَّا الله.

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barang siapa yang akhir perkataannya adalah kalimat ‘Laa ilaha illallah’ (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), maka dia akan masuk surga.” (HR. Abu Dawud, no. 3116)

Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk berusaha mentalqin dan menuntun orang yang hendak meninggal dunia agar mengucapkan kalimat tersebut.

Tidak Mengucap Syahadat, Apakah Itu Tanda Su’ul Khotimah?

Namun, bagaimana jika seseorang meninggal dunia tanpa sempat mengucapkan Laa ilaha illallah? Apakah itu otomatis menjadi tanda bahwa ia mengalami su’ul khatimah?

Perlu diketahui bahwa tanda-tanda husnul khatimah tidak hanya terbatas pada satu keadaan, melainkan ada banyak.

Tidak semua tanda harus muncul pada seseorang yang wafat. Sebagai contoh, salah satu tanda yang disebutkan dalam hadis adalah kematian di hari atau malam Jumat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia pada hari Jumat atau malam Jumat, melainkan Allah akan menjaganya dari fitnah (siksa) kubur.” (HR. Ahmad, 10:87 dan Tirmidzi, no. 1074. Syaikh Ahmad Syakir menyatakan hadits ini dha’if)

Namun, perlu dipahami bahwa orang yang wafat di luar hari atau malam Jumat tidak berarti otomatis mengalami su’ul khatimah.

Sebaliknya, orang yang meninggal pada hari Jumat juga belum tentu husnul khatimah. Betapa banyak orang kafir yang wafat pada hari itu.

Hakikat Husnul Khotimah

Husnul khotimah adalah kematian dalam keadaan bertauhid dan taat kepada Allah di akhir hayatnya.

Ketika seseorang hidup dengan konsisten mengamalkan kalimat لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّه dan tidak menyekutukan Allah hingga wafatnya, maka ia telah meraih husnul khatimah.

Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak menutup hidupnya dengan ucapan Laa ilaha illallah.

Apakah itu berarti Nabi wafat dalam kondisi su’ul khatimah? Tentu tidak! Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, dijelaskan bahwa ucapan terakhir Nabi adalah:

اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الأَعْلَى

“Ya Allah, kekasih yang tertinggi.”

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَهُوَ صَحِيحٌ إِنَّهُ لَمْ يُقْبَضْ نَبِيٌّ قَطُّ حَتَّى يَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ ثُمَّ يُخَيَّرُ… فَلَمَّا نَزَلَ بِهِ وَرَأْسُهُ عَلَى فَخِذِي غُشِيَ عَلَيْهِ سَاعَةً ثُمَّ أَفَاقَ فَأَشْخَصَ بَصَرَهُ إِلَى السَّقْفِ ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الْأَعْلَى… فَكَانَتْ تِلْكَ آخِرَ كَلِمَةٍ تَكَلَّمَ بِهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
(HR. Bukhari, no. 4463 dan Muslim, no. 2444)

Menurut Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah, hikmah di balik ucapan terakhir Nabi tersebut adalah bahwa kalimat tersebut mencakup tauhid dan dzikir dengan hati. Beliau menjelaskan perkataan As-Suhaili:

فَائِدَةٌ: قَالَ السُّهَيْلِيُّ: الْحِكْمَةُ مِنِ اخْتِتَامِ كَلَامِ الْمُصْطَفَى -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- بِهَذِهِ الْكَلِمَةِ (اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الْأَعْلَى) كَوْنُهَا تَتَضَمَّنُ التَّوْحِيدَ وَالذِّكْرَ بِالْقَلْبِ، حَتَّى يُسْتَفَادَ مِنْهَا الرُّخْصَةُ لِغَيْرِهِ…

“Hikmah di balik ucapan terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa ‘Allahumma ar-Rafiq al-A’la’ adalah karena kalimat itu mengandung tauhid dan dzikir dengan hati. Hal ini menunjukkan adanya keringanan bagi orang lain, bahwa dzikir tidak selalu harus terucap dengan lisan, karena terkadang ada penghalang yang mencegah seseorang untuk melafalkan dzikir, tetapi hatinya tetap penuh dengan dzikir.” (Fathul Bari, 8/138)

Husnul khotimah adalah anugerah besar dari Allah yang menjadi impian setiap muslim. Maka dari itu, hendaknya kita senantiasa menjaga tauhid, mengamalkan ketaatan, dan memohon kepada Allah agar akhir hayat kita berada dalam ridha-Nya.

Semoga kita semua termasuk dalam golongan yang wafat dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini