*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana
Hidup adalah misteri yang hanya diketahui oleh Sang Pemilik Kehidupan, Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tidak ada seorang pun yang dapat memastikan bagaimana jalan cerita kehidupan ke depan. Masa depan tersimpan dalam kehendak-Nya, dan tugas kita hanyalah berserah diri.
Namun, seiring berjalannya waktu, berbagai rasa takut mulai menyelinap dalam hati manusia.
Takut miskin, takut sakit, takut kehilangan, takut kelaparan, bahkan takut mati. Semua itu adalah bagian dari ujian yang Allah hadirkan untuk menguji keimanan kita.
Ketahuilah, rasa takut akan semakin menyiksa jika Allah bukan sandaran hidupmu. Jiwa akan dipenuhi dengan kekhawatiran yang tak berujung ketika keimanan mulai goyah dan tawakal kepada-Nya terabaikan.
Pada titik itu, akal budi kita seakan terkunci. Rasa takut akan membutakan pandangan, sehingga sulit membedakan antara yang haq dan yang bathil. Ketika dunia menjadi tujuan utama, maka rasa takut akan semakin mendalam dan menghancurkan.
Rasa Takut yang Dikelola dengan Baik
Rasa takut, jika dikelola dengan iman dan keyakinan kepada Allah, justru bisa menjadi jalan kita menuju surga-Nya.
Ketika seorang hamba menyerahkan segala urusan hidupnya kepada Allah, maka hatinya akan dipenuhi dengan ketenangan. Takdir-Nya adalah yang terbaik, dan setiap ujian memiliki hikmah yang besar.
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Hadid Ayat 22:
“Mā aṣāba min muṣībatin fī al-arḍhi walā fī anfusikum illā fī kitābin min qabli an nabra-ahā. Inna dhālika ‘alā Allāhi yasīr.”
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22)
Ayat ini menegaskan bahwa segala peristiwa, baik yang baik maupun yang buruk, telah tertulis dalam Lauhul Mahfuzh.
Tak ada sesuatu pun yang terjadi di luar kehendak dan ketentuan-Nya. Sebuah keyakinan yang mendalam terhadap ayat ini akan membebaskan kita dari rasa takut yang berlebihan. Kita sadar bahwa semua kejadian adalah bagian dari rencana-Nya yang sempurna.
Pelajaran dari Ayat Al-Hadid
Rasa takut yang tak terkendali seringkali membuat manusia putus asa atau sombong ketika mendapatkan sesuatu. Namun, ayat ini mengajarkan kita beberapa hal penting:
Tidak Berputus Asa: Ketika sesuatu yang diharapkan luput dari genggaman, kita harus menerima dengan lapang dada. Semuanya terjadi sesuai dengan takdir-Nya.
Bersyukur dan Tawadhu: Ketika diberikan nikmat, hendaknya kita tidak sombong. Apa yang kita miliki adalah karunia dari Allah, bukan semata-mata karena usaha kita.
Tawakal kepada Allah: Berserah diri adalah kunci untuk melepaskan rasa takut dan khawatir. Karena Allah-lah tempat kita menggantungkan segala urusan.
Sebagai hamba yang beriman, kita harus menyadari bahwa rasa takut adalah bagian dari fitrah manusia. Namun, alihkan rasa takut itu menjadi rasa harap kepada Allah. Jadikan doa, ikhtiar, dan tawakal sebagai cara untuk mengelola rasa takut.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda:
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia akan memberi kalian rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung. Burung pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)
Rasa takut yang dikelola dengan keimanan akan membimbing kita menuju keridhaan Allah dan jalan menuju surga-Nya.
Serahkanlah segala kekhawatiran kepada Allah, karena Dialah sebaik-baik pelindung dan penolong. (*)
Referensi:
- Tafsir Ibnu Katsir – QS. Al-Hadid: 22
- Hadis Riwayat Tirmidzi tentang tawakal.
- Al-Qur’an dan Terjemahan-Kementerian Agama RI.
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News