*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Allah memerintahkan kita, orang-orang beriman, untuk bertawakal kepada-Nya semata. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.”
(QS. Al-Maidah: 23)
Tawakal adalah keyakinan sepenuh hati seorang hamba dalam menyerahkan segala urusannya kepada Rabb-nya.
Sikap ini merupakan wujud nyata dari doa: “Hasbunallāh wa ni‘mal wakīl” (Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Dia sebaik-baik pelindung).
Doa ini membentuk pribadi yang sabar dalam menghadapi cobaan yang datang silih berganti.
Mereka yakin akan hikmah Allah, percaya bahwa Dia selalu menolong hamba-Nya yang beriman.
Tidak pernah sekalipun ragu bahwa kebenaran akan selalu berada di atas segalanya. Sabar dan istikamah menjadi fondasi mereka untuk terus teguh di jalan Allah.
Kisah sahabat mulia, Khubaib bin Adi radhiyallahu ‘anhu, menjadi teladan abadi dalam hal sabar dan tawakal.
Di tengah ancaman orang-orang musyrik, ia tetap memegang teguh imannya dan tidak gentar menghadapi kematian selama ia berada di jalan kebenaran. Kata-katanya yang penuh keikhlasan tercatat dalam sejarah:
“Aku tidak peduli meski pun harus terbunuh di mana saja aku berada, selama aku seorang Muslim dan kematianku hanya untuk Allah. Jika Dia berkehendak, maka Dia akan memberkahi setiap bagian tubuhku yang terpisah.” (HR. Al-Bukhari, 3989)
Sikap sabar seperti ini tidak bergantung pada situasi atau kondisi. Sebesar apa pun ujian, mereka yang sabar tetap teguh dan bersyukur. Allah memperingatkan dalam firman-Nya:
“Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata.” (QS. Al-Hajj: 11)
Sementara itu, Allah memuji orang-orang yang tetap sabar dalam menghadapi ujian dan istiqamah dalam menjalankan ibadah, sebagaimana firman-Nya:
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155–157)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga mengingatkan bahwa kesabaran dalam menghadapi ujian adalah keutamaan besar. Beliau bersabda:
“Ibadah dalam kondisi huru-hara bagiku sama seperti melakukan hijrah.” (HR. Muslim, 2948)
Dunia ini diciptakan Allah sebagai tempat ujian dan cobaan, bukan tempat untuk bersantai apalagi berfoya-foya.
Semakin besar kesabaran seorang hamba, semakin tinggi derajatnya di sisi Allah. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi, lalu orang-orang yang semisal mereka, kemudian orang-orang yang semisal mereka. Seorang diuji sesuai kadar agamanya; jika agamanya kuat, maka ujiannya berat. Jika agamanya lemah, ia diuji sesuai dengan kadar agamanya. Ujian itu tidak berhenti hingga Allah membiarkan hamba tersebut berjalan di muka bumi tanpa membawa dosa.” (HR. At-Tirmidzi, 2398)
Semoga kita menjadi hamba yang senantiasa sabar dan bertawakal dalam setiap ujian hidup, sehingga layak mendapatkan rahmat dan petunjuk dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News