Kekuatan Iman dalam Menjaga Kebeningan Hati
foto: kharchoufa
UM Surabaya

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd,
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

“Actions are a reflection of the heart’s content. If the heart is filled with kindness, then attitudes and actions will be good, and vice versa”.

(Perbuatan adalah cerminan isi hati. Jika hati dipenuhi kebaikan, maka sikap dan tindakan akan baik, pun sebaliknya)

Hati adalah pangkal dari segala sesuatu. Apa yang ada dalam hati, itulah yang akan terwujud dalam perbuatan.

Oleh karena itu, menjaga hati agar tetap dalam keimanan adalah sangat penting. Dari An-Nu’man bin Basyir r.a,

Nabi saw bersabda:

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” (HR. Bukhari No. 52 dan Muslim No. 1599)

Hati adalah bagian paling mulia dan murni dari seluruh bagian tubuh manusia. Dan hati juga merupakan bagian tubuh manusia yang paling rawan terkena fitnah syubhat dan syahwat, sehingga mudah terbolak-balikkan.

Maka Rasulullah saw mengajarkan kepada ummatnya untuk berdoa kepada Allâh SWT agar hati tetap dalam keimanan.

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

“Ya Allah, Zat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu.”

Dalam hadis, Dari Abu Hurairah berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)

“Jika seorang hamba berbuat sebuah dosa, maka akan ditorehkan sebuah noktah hitam di dalam hatinya. Tapi jika ia meninggalkannya dan beristigfar niscaya hatinya akan dibersihkan dari noktah hitam itu. Sebaliknya jika ia terus berbuat dosa, noktah-noktah hitam akan terus bertambah hingga menutup hatinya.” (HR. At Tirmidzi No. 3334, Ibnu Majah No. 4244)

Hadis di atas menjelaskan bahwa, satu kemaksiatan yang dilakukan akan memancing kemaksiatan berikutnya, sehingga noktah-noktah hitam memenuhi hati.

Dan adapun di akhirat, maka orang yang gemar berbuat maksiat, diancam oleh Allâh SWT untuk dimasukkan ke dalam neraka, agar selamat kita harus bertakwa kepada Allâh SWT, Rasulullah saw bersabda:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Bertakwalah kamu kepada Allah, iringilah keburukan dengan kebaikan dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik.”(HR. Tirmidzi No. 1987 dan Ahmad, 5:153)

Hadis di atas menjelaskan, hendaknya kita merasa diawasi oleh Allâh SWT di mana pun kita berada.

Dengan selalu mengiringi perbuatan yang buruk dengan akhlak yang baik agar nafsu yang kita miliki mengarahkan kita pada hal-hal yang baik, bukan pada kesesatan.

Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ الْقُلُوبَ بِيَدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يُقَلِّبُهَا

“Sesungguhnya hati berada di tangan Allah ‘azza wa jalla, Allah yang membolak- balikkannya.” (HR.Ahmad No.257)

Agar hati tidak mati dan selalu terjaga, marilah kita senantiasa mendekatkan diri kepada Allâh SWT yang memiliki dan mengendalikan hati kita dengan memperbanyak mengingat-Nya dengan dzikrullah, sehingga hati dan pikiran lebih terkontrol untuk berhati-hati dalam berniat dan beramal.

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini