*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Dakwah adalah aktivitas mengajak manusia kepada Allah dengan penuh hikmah dan kebaikan.
Oleh karena itu, isi ceramah dan kajian seharusnya berisi ajakan kepada manusia untuk semakin taat, tunduk, dan mencintai Allah Ta’ala.
Namun, fenomena yang kita saksikan hari ini terkadang memprihatinkan. Banyak ceramah yang diwarnai dengan:
- Guyonan dan tawa yang berlebihan,
- Nyanyian dan joget yang mengaburkan kesan keilmuan,
- Kata-kata kasar atau tidak pantas,
- Pembahasan yang tidak memiliki landasan dari kitab atau referensi yang terpercaya.
Hal ini tentu bukanlah dakwah yang sejati, karena tidak mengarahkan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Sebaliknya, majelis ilmu yang benar adalah majelis yang mampu meningkatkan rasa takut dan cinta kepada Allah.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama.”(QS. Fathir: 28)
Memilih Majelis Ilmu yang Benar
Kaum muslimin harus cerdas dalam memilih majelis ilmu. Tidak semua majelis yang berlabel “ilmu” benar-benar mengandung ilmu yang bermanfaat. Tanda-tanda majelis ilmu yang benar adalah:
- Membawa pendengar untuk lebih mengenal Allah dan Rasul-Nya.
- Menanamkan rasa takut kepada Allah dan kesadaran akan dosa.
- Mengajarkan akhlak yang mulia dan menghindari perilaku tercela.
Allah memberikan petunjuk mengenai adab dalam bermuamalah, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.”(QS. Al-Hujurat: 11)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga memberikan wasiat mengenai adab dan akhlak, di antaranya:
- Menghormati sesama dan tidak menghina:
“Janganlah engkau menghina seorang pun.”(HR. Abu Daud 4084 dan Tirmidzi 2722)
- Menghargai kebaikan sekecil apa pun:
“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.”(HR. Muslim 2626)
- Menjauhi kesombongan:
“Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, engkau bisa menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai kesombongan.”(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Menahan diri dari membalas penghinaan:
“Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.”(HR. Abu Daud 4084 dan Tirmidzi 2722)
Harapan untuk Perbaikan
Kita semua berharap, semoga Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin dan para dai sehingga dakwah menjadi sarana untuk menyebarkan kebenaran dan kebaikan.
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.”(QS. Ali Imran: 104)
Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi pengingat bagi kita semua. Aamiin.(*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News