Menapak Jejak Kisah Dinamis Muhammadiyah di Bumi Blambangan
(ki-ka) Mufti Syafi'i, Zainul Muslimin, Muhlis Lahuddin, dan Tamhid Masyhudi di kantor PDM Banyuwangi. foto: afifun nidlom/majelistabligh.id
UM Surabaya

Temaram cahaya jingga bakda Maghrib menyambut kedatangan rombongan kami di Masjid KH Ahmad Dahlan, Banyuwangi, Jumat (20/12/2024).

Perjalanan delapan jam lebih dari Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Kertomenanggal, Surabaya, akhirnya membawa kami ke salah satu titik penting dalam dakwah Muhammadiyah di Bumi Blambangan.

Rombongan kami, yang terdiri dari 61 orang, termasuk lima balita, dipimpin oleh Ir. Tamhid Masyhudi, wakil ketua PWM Jawa Timur.

Kami disambut hangat oleh keluarga besar Muhammadiyah Banyuwangi yang dipimpin oleh Dr. Muhlis Lahuddin, ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi.

Kehangatan ini mencerminkan semangat persaudaraan yang terus mengakar dalam gerakan dakwah Muhammadiyah, terutama di wilayah yang sarat dengan dinamika sejarah ini.

Banyuwangi, yang dikenal sebagai Bumi Blambangan, memiliki sejarah panjang yang penuh intrik kekuasaan.

Salah satu kisah terkenal adalah pengkhianatan Prabu Menak Sembuyu terhadap janji yang dibuat dengan Syeikh Maulana Ishaq.

Ketakutan akan pesatnya perkembangan Islam membuat sang raja mengambil langkah keliru yang kemudian mewarnai perjalanan sejarah Blambangan.

Seperti halnya kisah Islam di masa lalu, perkembangan Muhammadiyah di Banyuwangi juga tidak luput dari tantangan.

Menapak Jejak Kisah Dinamis Muhammadiyah di Bumi Blambangan
Suasana silaturahmi di Kantor PDM Banyuwangi. foto: afifun nidlom/majelistabligh.id

Muhlis mengenang peristiwa di Tampo, Srono, dan desa-desa lainnya sebagai bagian dari warna sejarah dakwah Muhammadiyah.

“Muhammadiyah di Bumi Blambangan memiliki dinamika yang unik, selalu berkembang meskipun penuh tantangan,” ujarnya.

Dalam beberapa dekade terakhir, Muhammadiyah telah menunjukkan progres yang signifikan di Banyuwangi.

Dari 25 kecamatan yang ada, organisasi ini telah berhasil masuk ke 23 kecamatan. Sebanyak 21 kecamatan bahkan telah mencatat pertumbuhan yang menggeliat, menunjukkan bagaimana semangat berkemajuan terus hidup di wilayah ini.

“Di Bumi Blambangan, dakwah Muhammadiyah bukan hanya soal jumlah, tapi juga soal dampak, termasuk dalam ranah politik,” tambah Muhlis.

Keberadaan Masjid KH Ahmad Dahlan di Banyuwangi menjadi simbol bahwa dakwah Muhammadiyah telah terpatri kuat di Bumi Blambangan.

Tidak hanya sebagai tempat ibadah, masjid ini juga menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial, meneguhkan peran Muhammadiyah sebagai pelopor perubahan.

“Perjalanan kami ke Banyuwangi kali ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga napak tilas perjuangan dakwah yang telah dirintis oleh tokoh-tokoh besar Muhammadiyah,” kata Tamhid Masyhudi.

Dari intrik sejarah hingga dinamika kekinian, Bumi Blambangan menjadi saksi bagaimana semangat dakwah terus hidup, berkembang, dan membawa perubahan yang berarti. (afifun nidlom)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini