*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd,
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang
“Work is paid to overtime, prayers are allowed to go backwards, don’t you remember being buried.”
(Kerja dibelain lembur, salat dibiarin mundur, apa gak ingat bakal dikubur?)
Salat merupakan rukun Islam kedua setelah kalimat syahadat. Salat tidak hanya sekadar gerakan fisik, tetapi juga merupakan ibadah yang menghubungkan seorang hamba dengan Tuhannya.
Meremehkan salat adalah perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam. Orang yang meremehkan salat sering kali memiliki sifat munafik.
Munafik adalah orang yang berpura-pura beriman, tetapi dalam hatinya tidak percaya. Allah Swt telah berfirman:
إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوٓا۟ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُوا۟ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali.” (An-Nisa: 142)
Meremehkan salat termasuk kemungkaran yang besar dan termasuk sifat orang-orang munafik.
Banyak di antara orang-orang sekarang yang meremehkan salat, bahkan sebagian mereka ada yang meninggalkan semuanya.
Sa’id bin Musayyib mengatakan: “Pengertian meninggalkan salat bukan berarti meninggalkan salat itu sama sekali, akan tetapi orang itu tidak salat Ashar, kecuali hingga datangnya waktu Maghrib, tidak salat Maghrib hingga datangnya waktu Isya, dan tidak salat Isya hingga datangnya Fajar.”
Sa’ad bin Abi Waqqash ra berkata: “Aku telah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang mereka yang melalaikan salatnya, maka beliau menjawab: ‘Yaitu mengakhirkan waktu (salat).’”
Dalam hadis disebutkan bahwa kunci diterimanya amal adalah salat. Apabila salatnya baik dan diterima, maka amal yang lainnya akan baik dan diterima.
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda:
إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Maka, jika salatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika salatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari salat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki salat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari salat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi No. 413 dan An-Nasa’i No. 466)
Di sinilah pentingnya menjaga salat wajib yang lima waktu. Menjaga salat berarti menegakkan salat tepat pada waktunya dan dilakukan secara berjamaah di masjid.
Banyak orang terlalu menyibukkan diri dengan pekerjaannya, hingga menunda-nunda pelaksanaan salat.
Atau melaksanakan salat sendiri di ruang kerjanya. Seolah-olah pekerjaan lebih penting dari pelaksanaan salat berjamaah.
Padahal salat berjamaah di masjid lebih utama 27 kali dibanding salat sendirian. Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda:
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Salat berjamaah itu lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada salat sendirian.” (Muttafaqun ‘alaih) (HR. Bukhari No. 645 dan Muslim No. 650)
Sebagai hamba Allah yang lemah, kita memohon kepada Allah Swt agar memperbaiki kondisi kaum muslimin dan menganugerahkan mereka kefahaman tentang agama, serta menunjukkan mereka untuk senantiasa saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, amar ma’ruf dan nahi mungkar, serta berwasiat dengan kebenaran dan kesabaran.
Semoga bermanfaat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News