UM Surabaya

Mewujudkan Akhlak yang Mulia

Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan kita untuk beribadah, kecuali di baliknya terdapat hikmah yang agung dan besar yang dapat kita ambil darinya.

Di antara hikmah terbesar yang akan didapatkan seorang hamba tatkala memperbanyak ibadah adalah agar dirinya menjadi sosok Muslim yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti yang baik kepada siapa pun.

Dalam hal salat, misalnya, Allah Ta’ala berfirman:

“Dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain).”(QS. Al-Ankabut: 45)

Ibadah salat yang kita harapkan keutamaannya adalah salat yang dapat menjaga diri kita dari berlaku keji dan mungkar, menjauhkan diri kita dari berucap kotor, menyakiti orang lain, dan mengganggu orang lain.

Mengenai kewajiban membayar zakat, Allah Ta’ala berfirman:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.”(QS. At-Taubah: 103)

Zakat mensucikan mereka yang membayarnya dari dosa-dosa serta membersihkan hati mereka dari perangai buruk lagi tak terpuji.

Mengenai ibadah haji, Allah Ta’ala juga mewanti-wanti agar ibadah haji yang dilakukan seseorang jauh dari perilaku buruk, perangai yang tidak terpuji, dan akhlak yang tidak baik kepada orang lain. Allah Ta’ala berfirman:

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal.”(QS. Al-Baqarah: 197)

Bahkan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mensyaratkan perolehan keutamaan dihapusnya dosa bagi mereka yang berhaji dengan tidak adanya pelanggaran terhadap akhlak terpuji. Beliau bersabda:

“Barangsiapa menunaikan ibadah haji, lalu ia tidak mengucapkan kata-kata kotor, serta tidak berbuat kefasikan, maka ia pulang dalam keadaan suci seperti pada saat dilahirkan oleh ibunya.”(HR. Bukhari 1521 dan Muslim 1350)

Ibadah bukan hanya rangkaian ritual, melainkan sarana untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak. Akhlak mulia merupakan buah dari ibadah yang dilakukan dengan ikhlas dan benar.

Meneladani Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, baik dalam beribadah maupun dalam bermuamalah, menjadi kunci bagi setiap Muslim yang ingin mencapai kesempurnaan iman dan kebahagiaan dunia serta akhirat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini