Hari kedua (21/12/24) perjalanan Rihlah Perkaderan Keluarga Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim membawa pengalaman berbeda, dengan singgah singkat di SMK Muhammadiyah 8 Siliragung, Banyuwangi.
Sekolah yang berada di kawasan Banyuwangi ini, menjadi bukti nyata bagaimana pendidikan mampu mengintegrasikan keterampilan dan nilai-nilai moderasi beragama.
Perjalanan yang awalnya hanya menuju destinasi Pulau Merah sedikit berubah. Muhlas Efendi, ST, Kepala SMK Muhammadiyah 8 Siliragung, melalui saluran telepon, berharap sangat agar rombongan kami menyempatkan mampir.
“Kami sangat ingin menunjukkan perkembangan sekolah kami,” ujar Muhlas dengan antusias.
Berangkat dari hotel di Ketapang pukul 08.30 WIB, rombongan kami seharusnya tiba di Pulau Merah sekitar satu setengah jam kemudian. Namun, panggilan mendadak itu menjadi alasan untuk menambah warna perjalanan.
Tepat pukul 10.35 WIB, diiringi hujan rinai sepanjang jalan, kami tiba di SMK Muhammadiyah 8 Siliragung yang terletak di Jl. MT Haryono No. 42, Dusun Krajan, Siliragung, Banyuwangi.
Sambutan hangat dari kepala sekolah langsung terasa. Muhlas Efendi dengan bangga mengajak kami berkeliling, memperlihatkan fasilitas gedung sekolah dan hotel edukasi (Edhotel) yang dimiliki.
Edhotel adalah bagian dari unit usaha sekolah yang memiliki 12 kamar dengan fasilitas layak. Hotel ini tidak hanya menjadi tempat praktik bagi siswa jurusan Perhotelan tetapi juga terbuka untuk masyarakat umum yang ingin menginap.
Konsepnya tidak hanya melatih keterampilan siswa, tetapi juga menjadi salah satu sumber pendapatan sekolah, menunjukkan betapa adaptifnya SMK Muhammadiyah 8 Siliragung dalam menghadapi tantangan ekonomi lokal.
SMK Muhammadiyah 8 Siliragung memiliki tujuh program kompetensi keahlian yang relevan dengan kebutuhan zaman, yakni: Teknik Kendaraan Ringan Otomotif, Teknik dan Bisnis Sepeda Motor, Teknik Alat Berat, Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Teknik Komputer dan Jaringan, Usaha Perjalanan Wisata, dan Perhotelan
Dengan jumlah siswa mencapai lebih dari 1.200, sekolah ini menjadi SMK Muhammadiyah peringkat kedua di Banyuwangi setelah SMK Muhammadiyah 2 Genteng.
Siswa SMK ini tidak hanya berasal dari Banyuwangi, tetapi juga lintas kabupaten dan provinsi. Bahkan ada siswa dari luar Jawa seperti Palembang, Lampung, Maluku, dan Kalimantan.
Tidak hanya unggul secara kuantitas, sekolah ini juga dikenal sebagai model moderasi beragama.
“Meski berbasis Islam, kami membuka pintu untuk siswa dari agama lain seperti Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu,” jelas Muhlas Efendi.
Filosofi ini menjadikan SMK Muhammadiyah 8 Siliragung sebagai sekolah yang menjunjung tinggi keadilan dan toleransi dalam keberagaman.
Muhlas Efendi terlihat sangat memahami potensi lokal Siliragung. Ia mengintegrasikan kebutuhan masyarakat dengan program keahlian yang relevan, menciptakan lingkungan pendidikan yang adaptif dan inklusif.
Sekolah ini menjadi contoh bagaimana pendidikan berbasis nilai dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki karakter toleran dan inklusif.
Singgah di SMK Muhammadiyah 8 Siliragung memberikan pandangan baru tentang pentingnya pendidikan berbasis moderasi.
Tak hanya membangun keterampilan, sekolah ini juga membangun harmoni dalam keberagaman.
Inspirasi dari SMK Muhammadiyah 8 Banyuwangi ini adalah bahwa pendidikan inklusif dapat melahirkan generasi unggul yang siap menghadapi tantangan masa depan.
Ketika kami meninggalkan sekolah tersebut, semangat Muhlas Efendi dan para siswanya menjadi pelajaran berharga tentang arti dedikasi dalam dunia pendidikan.
SMK Muhammadiyah 8 Siliragung bukan hanya sekolah, tetapi juga mercusuar moderasi dan inovasi di Banyuwangi. (afifun nidlom)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News