Muhammadiyah Perlu Kuatkan Lagi Fikih Kebudayaan
Atraksi seni budaya di pembukaan Muktamar 48 Muhammadiyah di Solo.
UM Surabaya

Sejak kelahirannya, Muhammadiyah tidak bersikap antipati terhadap kebudayaan lokal. Kebudayaan itu, justru digunakan sebagai salah satu pendekatan syiar dan dakwah Islam.

Tokoh-tokoh Muhammadiyah kerap dijumpai mengakomodasi kebudayaan itu. Salah satu contohnya cara berpakaian Ki Bagus Hadikusumo yang menggambarkan sosok seorang Jawa Tulen: pakaian beskap dan blangkon.

Kesuksesan persebaran Islam di Nusantara dipengaruhi oleh penggunaan jalur-jalur kultural yang mengakomodasi budaya lokal setempat disesuaikan dengan prinsip pokok ajaran Islam.

Wakil Ketua LSB Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kiai Cepu Husen, Ph.D dalam Orasi Fiqih Budaya PDM Kota Batu, Sabtu (3/6/2023), mengungapkan, melalui proses akulturasi dan asimilasi ini lahirlah entitas Islam yang khas Nusantara.

Tak berhenti di sini, Muhammadiyah perlu menguatkan kembali soal fikih kebudayaan.

Secara empiris, interaksi Islam dengan kemajemukan budaya Nusantara menuntut adanya pemikiran ulang terhadap ilmu fikih yang dipadukan dengan sosio-kultural masyarakat Indonesia.

Jika tak ada harmonisasi antara keduanya maka akan menimbulkan ketaksaan (ambiguitas) bagi pemeluknya.

Senada dengannya, Ketua PDM Kota Batu Tsalis Rifai menegaskan urgensi memahami dan menerapkan fikih kebudayaan yang mengacu pada pemahaman dan penyesuaian hukum Islam dengan nilai-nilai budaya setempat.

Tentunya dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip ajaran agama serta upaya untuk menjaga harmoni dan kesepahaman antara komunitas-komunitas yang berbeda.

Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang relevan dengan konteks budaya lokal, umat Muslim dapat menciptakan harmoni antara identitas keagamaan dan kebudayaan mereka.

Sebetulnya, warga Muhammadiyah tidak alergi terhadap aspek seni budaya. Seni budaya boleh hukumnya asal membawa pencerahan dan tidak menimbulkan kemusyrikan. Hal itu ditegaskan dalam Muktamar Muhammadiyah di Jakarta tahun 2000.

Ketua LSB Muhammadiyah Kota Batu Akbar Mahadi mengatakan, jika gelaran kebudayaan ini merupakankali pertama sejak kelahiran Muhammadiyah Batu pada tahun 2000.

Acara semacam ini menurutnya penting sebagai untuk mengaktualisasi ideologi Muhammadiyah di tengah masyarakat. Maka bagi warga Muhammadiyah dibutuhkan pemahan fikih kebudayaan. (*/tim)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini