Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) kembali menorehkan prestasi dengan bertambahnya satu guru besar baru di bulan Desember ini.
Namanya, Prof. Dr. Ir. Sutarman MP, akrab disapa Dr Tarman. Dia adalah dosen Program Studi Agroteknologi yang kini menjadi guru besar di bidang Mikrobiologi Kesuburan dan Kesehatan Tanaman.
Capaian ini adalah hasil dari perjuangan panjang, dedikasi tak kenal lelah, dan pengabdian penuh pada ilmu pengetahuan.
Lahir dari keluarga sederhana, Dr Tarman mengenyam pendidikan dasar hingga menengah di sekolah negeri. Ia memiliki cita-cita sederhana: menjadi guru untuk segera bekerja dan membantu keluarganya.
Pada tahun 1984, dengan segala keterbatasan, ia memutuskan melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Lampung, jurusan Ilmu Pertanian.
Meski awalnya berharap masuk pilihan kedua, ia justru diterima di pilihan pertama. “Sebagai anak dari keluarga miskin, saya harus berpikir keras bagaimana bertahan hidup,” kenangnya.
Ketertarikan terhadap mikrobiologi, yang mulai tumbuh sejak SMA, semakin menguat selama kuliah.
Dengan semangat tinggi, ia berhasil lulus tepat waktu dalam empat tahun, menjadi salah satu dari 20 mahasiswa yang menyelesaikan studi di antara 200 orang dalam angkatannya.
Setelah lulus pada tahun 1988, ia memulai karier sebagai asisten dosen di sebuah perguruan tinggi swasta di Lampung.
Namun, kondisi keluarga yang membutuhkan dukungan finansial membuatnya beralih bekerja di Jakarta.
Di tengah kesibukan, ia melanjutkan studi S2 di Universitas Brawijaya. Saat pekerjaannya terancam akibat pendidikan, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dan menjalankan usaha kecil demi melanjutkan studi.
Dr Tarman meraih gelar doktor dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada periode 1998-2003 melalui beasiswa.
Meskipun sempat menunda impiannya menjadi profesor demi tanggung jawab kepada para karyawannya, ia akhirnya kembali ke dunia akademik.
Ajakan dari almarhum Dekan Fakultas Pertanian Umsida membawanya menjadi dosen tidak tetap, sebelum akhirnya memutuskan menjadi dosen tetap.
Meski mengalami kegagalan dalam sertifikasi pada tahun 2011, ia terus berjuang dan menjabat sebagai Kaprodi Teknik Pangan dan Agroteknologi selama 10 tahun, serta menjadi Wakil Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.
Setelah proses panjang dan sempat tertunda setahun, pada tahun 2023 ia akhirnya resmi menyandang gelar guru besar.
Kisah hidup Prof Dr Sutarman MP adalah bukti nyata bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah halangan untuk meraih mimpi besar.
Dengan tekad, kecintaan pada ilmu pengetahuan, dan dedikasi, ia menjadi salah satu teladan terbaik di dunia pendidikan Indonesia. (ifa)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News