Menuai Apa yang Kita Tabur, Hikmah Amal dan Akhlak dalam Islam
foto: shutterstock
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Allah Azza wa Jalla melalui malaikat-Nya senantiasa mencatat setiap amalan yang kita lakukan. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ

“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan, dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)

Dikisahkan seorang ustaz pernah ditanya mengenai dua keadaan manusia:

Seseorang yang rajin beribadah, namun sombong, angkuh, dan merasa dirinya paling suci.
Seseorang yang jarang beribadah, tetapi memiliki akhlak yang mulia, rendah hati, santun, lembut, dan cinta sesama.

Ustadz tersebut menjawab: “Keduanya tetap memiliki potensi kebaikan. Yang pertama, bisa jadi suatu saat ia menyadari akhlaknya yang buruk, lalu bertaubat, sehingga menjadi pribadi yang baik lahir dan batin. Sedangkan yang kedua, bisa jadi karena kebaikan hatinya, Allah Azza wa Jalla memberikan hidayah, sehingga ia menjadi ahli ibadah yang juga memiliki akhlak mulia.”

Orang itu kembali bertanya, “Lalu, siapa yang tidak baik kalau begitu?”

Sang ustaz menjawab: “Yang tidak baik adalah kita sendiri—orang ketiga yang sibuk menilai orang lain, tetapi lalai menilai diri sendiri.”

Amal Baik dan Dampaknya

Islam memotivasi umatnya untuk melakukan amal yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat.

Amal kebaikan tidak hanya mendatangkan pahala untuk pelakunya, tetapi juga pahala tambahan dari dampak positif yang ditinggalkan.

Sebaliknya, amal buruk atau maksiat akan mendatangkan dosa bagi pelakunya, ditambah dosa dari dampak buruk yang terus berlanjut akibat perbuatan tersebut.

Terlebih bagi seorang pemimpin, setiap keputusan yang diambil harus diperhitungkan apakah akan menjadi amal jariyah atau justru dosa jariyah.

Maka dari itu, lakukanlah segala sesuatu yang bermanfaat bagi sesama manusia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani)

Apa pun yang kita tabur di dunia ini, itulah yang akan kita tuai di akhirat kelak.

Hikmah di Balik Cobaan

Allah Azza wa Jalla tidak pernah menjanjikan bahwa langit selalu biru, bunga selalu mekar, atau mentari selalu bersinar.

Namun, Dia menjanjikan pelangi di balik badai, kebahagiaan di balik air mata, serta kasih sayang dan berkah di setiap cobaan.

Hidup di dunia ini bukanlah tujuan akhir. Dunia hanyalah persinggahan dalam perjalanan panjang menuju akhirat yang kekal.

Semua kebanggaan dan kenikmatan dunia hanyalah sementara dan fana. Maka, persiapkanlah bekal terbaik untuk akhirat, karena di sanalah kehidupan yang sesungguhnya. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini