*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd,
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang
“In fact, with difficulty there is convenience”.
(Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan)
Di antara nikmat Allah SWT yang terbesar kepada umat islam adalah dia menurunkan Al-Qur’an sebagai pelajaran untuk manusia. Sebagaimana ditegaskan dalam firmanNya:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.”(Qs. Al Qomar : 17)
Penegasan yang berulang-ulang itu tentu mengandung makna bahwa Al-Qur’an itu benar-benar dimudahkan oleh Allâh SWTuntuk bisa dipahami.
Tapi sayangnya ada beberapa kendala dalam upaya umat memahami Al-Qur’an itu sendiri.
1. Faktor budaya, terkait dengan budaya sering menjadi keluhan adalah realitas bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, yang tidak semua anak manusia ditakdirkan mampu menguasai bahasa Arab.
Pada masyarakat Jawa (abangan), bahasa Arab adalah bahasa kedua bukan bahasa ibu yang sehari-hari di gunakan dalam kesehariannya.
Untuk bisa menguasai bahasa Arab harus masuk ke madrasah, pesantren atau mengikuti program Bahasa (les privat bahasa Arab).
Bagi mereka yang latar belakang pendidikannya sejak awal di lembaga umum dan jauh dari sentuhan ilmu agama yang maksimal hal ini menjadi kendala tersendiri.
2. Kendala politis pada era sekarang para ahli agama yang pro pemerintah, sangat memahami apa konsekuensinya jika masyarakat memahami Al-Qur’an yang anti kezaliman, dan kesewenang-wenangan.
Masyarakat yang benar-benar memahami pesan-pesan Al-Qur’an sudah barang tentu akan membahayakan keberadaan rezim sekarang ini.
Oleh karena itu, sangat wajar jika rezim berusaha menghalang-halangi upaya para da’i saat menyampaikan ceramah agama di masjid. Ini menyusul rencana sertifikasi para da’i dan menunjuk ketua takmir masjid dari PNS Kemenag.
Kemudian kejadian persekusi beberapa kajian yang dilakukan oleh oknum rezim yang dianggap kurang Pancasilais dan anti-NKRI.
Ke depan nantinya tidak sembarang orang yang bisa menyampaikan isi khotbah dengan bebas. Hanya kalangan tertentu saja yang tentu sudah dengan pesan-pesan sponsor dari rezim penguasa.
Terkait dengan kondisi umat yang demikian, menyongsong di penghujung akhir tahun 2024, marilah kita kembali kepada Al quran sebagai petunjuk sejelas jelasnya petunjuk , dan pembeda.
Dengan keyakinan penuh bahwa jika kita benar-benar mau mempelajarinya, insya Allah kita akan dipermudah untuk memahaminya, dan mengambilnya sebagai petunjuk hidup.
Sikap keyakinan total akan janji Allâh Swt termasuk dengan janji kemudahan dalam memahami Al Quran adalah hal utama yang harus dikedepankan dalam menghadapi berbagai kendala yang ada.
Ke depan, kita hanya bisa berdoa semoga Allâh SWT memberikan hidayah kepada mereka yang menghalangi dakwah kaum muslimin dan diberikan kesabaran dan pertolongan-Nya kepada para da’i dalam mengemban misi dakwah dan menegakkan kalimat Allâh SWT di muka bumi.
Wallahu a’lam bishawab. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News