Penyimpangan dalam berpikir terhadap Isa ini terus berlangsung, dan pengikutnya juga terus berkembang. Pengikutnya mengalami pertumbuhan, meskipun ada yang sadar dan kembali ke jalan yang benar.
Penyimpangan pemikiran tentang Isa sebagai tuhan, atau bagian dari Tuhan memang mengalami perkembangan. Karena mereka tidak menggunakan akal dalam menjelaskan posisi dan karakter Isa.
Isa sebagai manusia memiliki kecenderungan sebagai manusia yang membutuhkan makan, minum, dilahirkan, dan menikah. Sementara Tuhan justru yang memberi jaminan hidup, dan keberlangsungan ciptaan-Nya.
Allah menjelaskan bahwa perselisihan tentang Isa sebagai Tuhan akan terjadi dan terus berlangsung sejak Isa lahir hingga hari kiamat. Perselisihan tentang Isa sebagai Tuhan atau hamba tidak akan pernah selesai atau diselesaikan.
Meskipun Isa sendiri mengatakan bahwa dirinya sebagai seorang hamba dengan karakteristiknya sebagai manusia, namun kebanyakan manusia masih tersihir mempertahankan penyimpangannya. Hal ini diabadikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:
ذَٰلِكَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ ۖ قَوۡلَ ٱلۡحَقِّ ٱلَّذِي فِيهِ يَمۡتَرُونَ
“Itulah ʻIsa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.” (QS. Maryam :34)
Episode Isa bin Maryam sebagai Tuhan atau hamba yang mulia, akan menjadi bahan perselisihan hingga datangnya Isa di tengah-tengah manusia.
Dalam keyakinan umat Islam, Isa sebagai hamba mulia, saat ini masih hidup, dan nanti akan diturunkan Allah untuk menjelaskan posisi dirinya sebelum Allah mengambil nyawanya.
Hal ini sebagai bukti bahwa dia adalah manusia yang lahir, hidup, mati, dan dibangkitkan. (*)
Surabaya. 23 Desember 2024
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News