UM Surabaya

Sejarah Tathayyur dan Keberagamannya dI Indonesia 

Tathayyur berasal dari kata tha’ir yang artinya burung. Anggapan sial diistilahkan dan dikaitkan dengan burung karena dahulu kala, orang Arab jahiliyah apabila hendak melakukan perjalanan, mereka akan melihat pergerakan burung terlebih dahulu.

Apabila ada burung yang terbang ke arah kanan, maka itu adalah pertanda baik untuk melakukan perjalanan.

Namun, apabila mereka mendapati burung terbang ke arah kiri, maka mereka tidak akan memulai perjalanan tersebut. Karena mereka menganggap hal tersebut adalah pertanda buruk atau kesialan.

Di lingkungan masyarakat Indonesia, anggapan sial sangatlah merebak dan perlu diwaspadai.

Dimulai dari anggapan bahwa seseorang yang kejatuhan cicak, maka ia akan mendapatkan musibah pada hari tersebut. Atau ketika mendengar burung gagak, seseorang beranggapan akan mendapatkan kesialan atau bahkan kematian.

Banyak juga yang beranggapan bahwa angka tiga belas adalah angka sial, sampai-sampai lift-lift di gedung-gedung tinggi tidak memuat angka tiga belas di dalamnya.

Parahnya lagi, keyakinan dan anggapan-anggapan batil tersebut seringkali menjadi bahan pertimbangan sebagian masyarakat kita di dalam menentukan tanggal dan bulan pernikahan.

Bahkan, sebagian masyarakat menunda pernikahan atau bahkan menggagalkan pernikahan hanya karena perselisihan dan perbedaan pendapat di dalam menentukan tanggal pernikahan tersebut.

Sungguh ini semua adalah perbuatan syirik yang harus kita waspadai dan kita jauhi. Kesyirikan karena mengaitkan sesuatu bukan pada sebab hakikinya, meyakini bahwa sesuatu dapat menimbulkan mara bahaya tanpa seizin Allah Ta’ala.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini