Mubaligh senior Muhammadiyah, Ridwan Abubakar, M.Ag, menekankan pentingnya etika dalam berdakwah sebagai cerminan keindahan dan kesucian Islam.
Menurut dia, tugas seorang mubaligh bukan hanya menyampaikan ajaran agama, tetapi juga mencerminkan akhlak Islam yang mulia.
“Etika berdakwah itu mencerminkan keindahan Islam sekaligus kesuciannya. Karena itu, dakwah harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak esensi dari pesan agama itu sendiri,” ujarnya saat mengikuti Diskusi Majelistabligh.id bertajuk “Etika Dakwah dalam Menyampaikan Pesan Islam” yang digelar di Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Jalan Kertomenanggal IV/1, Surabaya, Jumat (27/12/2024) sore.
Kegiatan yang menjadi agenda portal resmi PWM Jawa Timur itu menghadirkan dua narasumber, yakni Dr. M. Sholihin Fanani, M.PSDM (Wakil Ketua PWM Jawa Timur) dan Dr. Syamsul Ma’arif, M.PSDM (Wakil Ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Timur).
Ridwan lalu memberikan lima pedoman penting yang menurutnya perlu dipegang teguh oleh setiap mubaligh.
Pertama, menghindari gaya penyampaian yang menyinggung perasaan.
“Seorang mubaligh harus menghindari gaya penyampaian yang tanpa sadar menyinggung karakter atau sifat orang lain. Jangan sampai apa yang kita sampaikan justru menyakiti hati mereka. Dakwah juga tidak boleh dilakukan dengan cara memaksa,” kata Ridwan.
Kedua, sambung Ridwan, menjauhi sikap fanatik dalam mengklaim kebenaran. Dia juga mengingatkan agar mubaligh tidak bersikap fanatik dalam mengklaim kebenaran.
“Seberapa pun ukuran kebenaran menurut kita, jangan sampai disampaikan dengan cara yang memaksakan pandangan pribadi,” tegasnya.
Ketiga, menghormati perbedaan.Ridwan menekankan pentingnya menghormati perbedaan keyakinan dan pandangan.
“Manusia tidak mungkin disatukan dalam satu pemikiran. Namun, kita harus bisa menjaga sikap saling menghormati dan tidak mencela keyakinan orang lain,” tuturnya.
Keempat, m enyampaikan Informasi yang valid. Di era sekarang, menurut Ridwan, mubaligh harus memastikan setiap pesan agama yang disampaikan berdasarkan informasi yang sahih.
“Mubaligh itu bukan sekadar pembicara, tetapi juga ilmuwan. Jangan sampai menyampaikan informasi yang tidak valid atau bahkan menyesatkan,” jelasnya.
Kelima, menghindari Isu yang menimbulkan polemik. Ridwan juga meminta agar para mubaligh menghindari pembahasan yang memicu perdebatan.
“Fokuslah pada misi kita, yaitu menyampaikan pesan agama yang membawa kebaikan. Tidak perlu mengangkat isu-isu yang hanya akan menjadi polemik,” tambahnya.
Ridwan berharap, dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, dakwah Islam dapat menjadi lebih sejuk, membawa kedamaian, dan merepresentasikan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin. (wh)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News