UM Surabaya

5. Kajian Tafsir Ibnu Katsir tentang sesembahan selain Allah tidak bermanfaat
Al-Anbiya, ayat 98-103
{إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُونَ (98) لَوْ كَانَ هَؤُلاءِ آلِهَةً مَا وَرَدُوهَا وَكُلٌّ فِيهَا خَالِدُونَ (99) لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَهُمْ فِيهَا لَا يَسْمَعُونَ (100) إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ (101) لَا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا وَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ (102) لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الأكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (103) }

Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kalian pasti masuk ke dalamnya. Andaikata berhala-berhala itu Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya. Mereka merintih di dalam api dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar. Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka, mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh jiwa mereka. Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata), “Inilah hari kalian yang telah dijanjikan kepada kalian.”

Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman, ditujukan kepada penduduk Mekah dari kalangan orang-orang musyrik Quraisy dan para pengikutnya yang menyembah berhala seperti mereka.

{إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ}

Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan Jahanam. (Al-Anbiya: 98)

Ibnu Abbas mengatakan yang dimaksud dengan hasab ialah bahan bakar yang menambah besar api Jahanam. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ}

yang bahan bakarnya manusia dan batu. (Al-Baqarah: 24)

Ibnu Abbas telah mengatakan pula bahwa hasabu jahannam artinya pepohonan neraka Jahanam.

Menurut riwayat yang lainnya, hasabu jahannam artinya kayu bakar neraka Jahanam dengan bahasa orang-orang Indian.

Mujahid dan Ikrimah serta Qatadah mengatakan kayu bakarnya, dan hal yang sama telah disebutkan di dalam qiraat Ali dan Aisyah r.a. Ad-Dahhak mengatakan bahwa hasabu jahannam artinya sesuatu yang diumpankan kepada neraka Jahanam. Hal yang sama telah dikatakan oleh yang lainnya, pada kesimpulannya makna masing-masing berdekatan.

Firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

{أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُونَ}

Kalian pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98)

Artinya, kalian pasti memasukinya.

{لَوْ كَانَ هَؤُلاءِ آلِهَةً مَا وَرَدُوهَا}

Andaikata berhala-berhala itu Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. (Al-Anbiya: 99)

Yakni seandainya berhala-berhala dan sekutu-sekutu itu yang kalian sembah selain Allah adalah benar sebagai tuhan-tuhan tentulah mereka tidak akan masuk neraka.

{وَكُلٌّ فِيهَا خَالِدُونَ}

Dan semuanya akan kekal di dalamnya. (Al-Anbiya: 99)

Yakni para penyembah dan semua yang mereka sembah (selain Allah) berada di dalam neraka untuk selama-lamanya.

{لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ}

Mereka merintih di dalam api. (Al-Anbiyai 100)

Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman Allah (Subhanahu wa Ta’ala).:

{لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ}

di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik napas (dengan merintih). (Hud: 106)

dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar. (Al-Anbiya: 100)

Yang dimaksud dengan zafir ialah embusan napas, sedangkan yang dimaksud dengan syahiq ialah tarikan nanas.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman Al-Mas’udi, dari ayahnya yang mengatakan bahwa ibnu Mas’ud r.a. pernah berkata, “Apabila yang tertinggal di dalam neraka hanyalah orang-orang yang ditakdirkan kekal di dalamnya, maka mereka dimasukkan ke dalam peti-peti dari api yang dipaku dengan api pula mengunci mereka. Tiada seorang pun yang melihat mereka sedang diazab kecuali orang-orang yang bersangkutan sendiri.” Kemudian Abdullah ibnu Mas’ud membaca firman-Nya: Mereka merintih di dalam api dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar. (Al-Anbiya: 100)

Ibnu Mas’ud r.a. membacanya layusma’un, yakni suara rintihan mereka di dalam neraka tidak dapat didengar (pent).

Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Hajjaj ibnu Muhammad, dari Al-Mas’udi, dari Yunus ibnu Hibban, dari Ibnu Mas’ud, lalu disebutkan hal yang semisal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini