Alquran mengabarkan bahwa orang kafir juga berjihad dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan misi keyakinannya.
Mereka menyisihkan harta dan kekayaannya untuk menghalangi jalan manusia yang ingin mengikuti petunjuk Allah.
Mereka bukan hanya menolak Alquran meski pun mata mereka melihat kebenaran, tetapi mereka rela mati dan dijatuhi batu dari langit daripada menerima kebenaran yang datang kepadanya.
Alquran menarasikan akhir kehidupan mereka sangat tragis. Betapa tidak, perjuangan mereka dalam menghadang kebenaran, dengan menginfakkan seluruh harta mereka kandas di tengah jalan.
Mereka mengalami kegagalan total dan itu menjadi penyesalan abadi.
Jihad Kekafiran
Kalau umat Islam berjihad untuk memperjuangkan agamanya dengan bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah dan larangan-Nya. Tujuan mereka hanya mendapatkan rida Allah guna mendapatkan surga.
Sebaliknya, orang kafir juga bersungguh-sungguh dengan menginfakkah hartanya.
Mereka berupaya sekuat tenaga dalam menghadang orang-orang Islam yang ingin berbuat kebaikan. Mereka mengajak manusia untuk berbuat keburukan.
Bahkan mereka berusaha dengan sekuat tenaga membujuk manusia agar mengikuti apa yang mereka inginkan.
Dengan hartanya mereka menginfakkan secara total agar manusia jauh dari jalan kebenaran. Allah mengabadikan hal itu sebagaimana firman-Nya:
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُنْفِقُوْنَ اَمْوَا لَهُمْ لِيَـصُدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ فَسَيُنْفِقُوْنَهَا ثُمَّ تَكُوْنُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُوْنَ ۗ وَا لَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اِلٰى جَهَـنَّمَ يُحْشَرُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus) menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Ke dalam Neraka Jahanamlah orang-orang kafir itu akan dikumpulkan,” (QS. Al-Anfal : 36)
Allah menunjukkan bahwa harta yang diinfakkan untuk mendukung keburukan dan merusak orang lain akan menjadi penyesalan. Dikatakan menjadi penyesalan karena apa yang mereka usahakan justru mendatangkan keburukan bagi kehidupannya.
Orang-orang yang memerintahkan manusia untuk menghina atau merendahkan orang lain.
Bahkan mereka memberi peluang atau mendorong manusia orang berbuat keburukan seperti korupsi, menyalahgunakan kekuasaan, atau membunuh karier serta membunuh nyawa orang lain.
Mereka yang menghina atau merendahkan orang lain, maka kehidupan akhirnya akan dihina dan direndahkan orang lain.
Demikian pula orang yang mengajak manusia untuk berbuat korupsi atau menyalahgunakan kekuasaan maka di akhir kehidupannya akan mendapatkan hukuman akibat apa yang dilakukan di masa lalunya.
Akhir kehidupan orang-orang yang berbuat menyimpang apalagi dengan harta dan kekuasaannya, maka akan mendatangkan penyesalan yang sangat besar.
Hati Membatu
Salah satu di antara ciri dan karakteristik orang yang bersungguh-sungguh dalam menghalangi manusia berbuat baik dan mengajak manusia berbuat jahat, yakni menolak kebenaran.
Oleh karenanya, ketika datang ayat-ayat Allah yang dibacakan, kontak mereka menolak dan bahkan hati mereka bangkit untuk menolak kebenaran.
Bahkan mereka begitu kokoh menolak ayat-ayat Allah meskipun hati kecil mereka menerimanya.
Mata mereka melihat langsung kebenaran ayat-ayat Allah tetapi mereka tetap hatinya mengeras.
Mereka tak bergeming untuk menolak kebenaran itu. Bahkan mereka bersumpah, akan menolak kebenaran Alquran meskipun mendapatkan musibah. Hal diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya:
وَاِ ذْ قَا لُوا اللّٰهُمَّ اِنْ كَا نَ هٰذَا هُوَ الْحَـقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَاَ مْطِرْ عَلَيْنَا حِجَا رَةً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائْتِنَا بِعَذَا بٍ اَ لِيْمٍ
“Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Ya Allah, jika (Al-Qur’an) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (QS. Al-Anfal 8: Ayat 32)
Mereka rela mendapatkan hujan batu dan memilih kebinasaan daripada harus menerima kebenaran. Fir’aun merupakan contoh manusia yang mati hatinya.
Meski pun melihat mukjizat yang ditunjukkan Nabi Musa tetap saja menentang dan menolak Islam.
Musim kemarau yang panjang, menyebarnya kutu, katak, belalang dan berubahnya air menjadi darah, tidak menggoyahkan hati Fir’aun untuk beriman.
Bahkan Fir’aun bukan hanya menuduh nabi Musa sebagai tukang sihir, tetapi berjuang dengan harta dan kekuasaannya untuk menghalangi manusia mengikuti ajakan Nabi Musa.
Allah pun menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya dan itu menjadi penyesalan selama-selamanya karena mati terhina dan neraka sudah menunggu untuk menyiksanya.
Saat ini sudah banyak kita saksikan kebenaran Islam tersebar tetapi masih banyak manusia yang berharta dan memiliki kekuasaan untuk menyimpangkan manusia.
Mereka bahkan menyiapkan dan memberikan hartanya untuk menutup kebenaran dan menjerumuskan manusia mengikuti jalannya ke neraka. Tidak sedikit mereka saat ini menyesal dan menikmati kehinaan sebelum kematian.
Di saat seperti ini tidak membuatnya menerima Islam. Bahkan mereka rela mati dalam kekafiran daripada harus menerima Islam. Mereka pun mati dalam keadaan kafir. (*)
Mataram, 7 Juni 2023