Jual Beli Dua Harga Haram, Kalau Kredit Bolehkah?
foto: honeybook.com
UM Surabaya

Jual Beli Dua Harga Haram- Sebagai seorang muslim tentulah dalam setiap aktivitas yang dilakukannya senantiasa menggunakan pandangan syariat.

Sehingga tidak mudah terjerumus ke dalam praktik yang dilarang oleh Islam. Termasuk dalam aktivitas muamlah jual-beli.

Di antara sistem transaksi jual-beli yang familiar di masyarakat adalah jual-beli dengan sistem kredit.

Yaitu cara jual-beli barang dengan pembayaran secara tidak tunai (pembayaran ditangguhkan atau diangsur).

Yang menjadi pro-kontra di tengah masyarakat atas transaksi ini adalah sebagian di antara mereka berpandangan sistem kredit itu haram atau dilarang.

Dalihnya, transaksi ini mengandung unsur riba atau juga beli dengan dua harga. Hal itu dilarang oleh Rasulullah SAW. Benarkah demikian?

Untuk menjawab persoalan tersebut mari kita ulas secara komprehensif.

Hukum Jual-Beli dengan Sistem Kredit

Secara umum, jual beli dengan sistem kredit diperbolehkan oleh syariat. Hal ini berdasarkan pada beberapa dalil, di antaranya firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS. Al Baqarah: 282)

Ayat di atas adalah dalil bolehnya akad utang-piutang. Sedangkan akad kredit merupakan salah satu bentuk utang, sehingga keumuman ayat di atas bisa menjadi dasar bolehnya akad kredit.

Hadis ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan:

اشْتَرَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ يَهُودِيٍّ طَعَامًا بِنَسِيئَةٍ، وَرَهَنَهُ دِرْعَهُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membeli sebagian bahan makanan dari seorang Yahudi dengan pembayaran dihutang dan beliau juga menggadaikan perisai kepadanya.” (HR. Bukhari:2096 dan Muslim: 1603)

Dalam hadis ini, Rasulullah membeli bahan makanan dengan sistem pembayaran utang, itulah hakikat kredit.

Jual beli dengan dua harga

Dari Abi Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW melarang dua jual beli dalam satu transaksi. (HR Nasai, Ibnu Hibban dan At-Tirmizi)

Makud dari hadis di atas adalah tidak dibolehkannya jual beli dengan harga yang tidak jelas.

Contoh ketika penjual dan pembeli sepakat dengan harga b, maka harga itu tidak boleh lagi diubah-ubah setelah terjadi akad.

Apabila perubahan harga terjadi setelah akan, maka itulah yang dimaksud sebagai jual beli dengan dua harga, dan itu dilarang oleh Rasulullah saw.

Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang menjual dua penjualan dalam satu penjualan maka ia hanya dibenarkan mengambil harga yang paling kecil, kalau tidak maka ia telah terjatuh ke dalam riba.” (HR. Abu Dawud: 3463).

Maksud jual beli dua harga dalam hadis tersebut dijelaskan oleh Ibnul Qayyim, adalah larangan berjual beli dengan cara inah.

Jual beli inah adalah seseorang menjual kepada orang lain suatu barang dengan pembayaran diutang, kemudian seusai barang diserahkan, segera penjual membeli kembali barang tersebut dengan pembayaran kontan dan harga yang lebih murah.

Kesimpulan

1. Jual beli dengan cara kredit tidaklah dilarang dan tidak termasuk dalam bentuk jual beli dua harga sebagaimana yang dilarang oleh rasullah SAW.

2. Pilihan beberapa harga dalam sistem kredit adalah bagian dari pilihan penawaran, bukan bentuk dari sistem dua harga.

Tinggal si pembeli pilih harga yang dikehendaki, pilih kontan harga sekian atau kredit dengan harga sekian.

3. Sistem kredit dibolehkan dengan catatan beberapa hal berikut ini:

a. Harga harus disepakati di awal transaksi meskipun pelunasannya dilakukan kemudian. Tidak boleh ada perubahan harga setlah terjadinya akad.

b. Tidak boleh diterapkan sistem perhitungan bunga apabila pelunasannya mengalami keterlambatan sebagaimana yang sering berlaku. (*)

Baca Juga: Tiga Amalan yang Berharga Agar Hidup Sukses

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini