Alquran menarasikan adanya kecenderungan disorientasi satu generasi ke generasi berikutnya. Hal itu ditunjukkan semakin banyaknya orang tua yang mengkhawatirkan lahirnya generasi yang terus melemah, khususnya dari sisi akhlaknya.
Semakin banyaknya generasi yang terdegradasi akhlaknya ini menimbulkan guncangan keluarga. Namun Alquran memberi solusi terbaik untuk memecahkan problem super serius itu, dengan menunjukkan jalan kesalehan profetik.
Jalan kesalehan profetik ini dengan menjaga ketakwaan kepada Allah dan bertutur kata yang baik. Hal ini akan memberkahi hidup karena mengundang campur tangan Allah untuk memilihkan jalan terbaik bagi generasi baru yang dilahirkan.
Degradasi Moral
Maraknya prostitusi anak di bawah umur menjadi kegelisahan umum di masyarakat. Hal ini ditunjukkan banyak pelaku prostitusi yang melibatkan anak muda belia dalam perdagangan seksual.
Betapa tidak miris, anak-anak seusia Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah terlibat prostitusi, dengan alasan kebutuhan ekonomi atau rusaknya moralitas mereka.
Hal ini tentu menggelisahkan orang tua pada umumnya, karena khawatir anak-anak mereka tumbuh tidak sebagaimana yang mereka harapkan.
Generasi yang semakin hari semakin lemah ini juga dirasakan oleh para orang tua yang melihat anak-anak mereka yang berani melanggar syariat Islam.
Tidak sedikit dari keluarga muslim yang mendapati anak-anak mereka meninggalkan shalat, lemah empati sosialnya hingga terdegradasinya moralitas anak-anak mereka.
Situasi yang demikian membuat orang tua mengkhawatirkan masa depan mereka. Terlebih lagi para pemuda saat ini disibukkan dengan bermedia sosial hingga terlalaikan dari tugas utama mereka sebagai generasi pelanjut masa depan.
Bahkan tidak sedikit di antara pemuda yang terlibat hidup senang-senang, memilih jalan pragmatis hingga terlibat narkoba.
Inilah degradasi moral yang sebenarnya sehingga membuat orang tua cemas masa depan mereka. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya :
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَا فُوْا عَلَيْهِمْ ۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya.
Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS. An-Nisa’ : 9)
Alquran menunjukkan solusi bagi orang tua untuk menyerahkan urusan itu kepada Allah dengan menjalin hubungan dengan-Nya untuk melakukan ketaatan kepada Allah dan bertutur kata yang baik.
Bantuan Allah
Alquran memberi contoh kongkret bahwa orang tua yang taat dan dekat kepada Allah akan mendapat kebaikan kepada generasi yang dilahirkannya. Mereka mendapatkan penjagaan yang tak terduga-duga.
Orang tua yang menjaga ketaqwaan dan berbuat kebaikan, keberlangsungan hidup keturunannya terjaga dengan baik.
Kisah dua anak yatim yang memperoleh harta peninggalan tanpa mengetahui orang tuanya, merupakan contoh empirik. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya:
وَاَ مَّا الْجِدَا رُ فَكَا نَ لِغُلٰمَيْنِ يَتِيْمَيْنِ فِى الْمَدِيْنَةِ وَكَا نَ تَحْتَهٗ كَنْزٌ لَّهُمَا وَكَا نَ اَبُوْهُمَا صَا لِحًـا ۚ فَاَ رَا دَ رَبُّكَ اَنْ يَّبْلُغَاۤ اَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهٗ عَنْ اَمْرِيْ ۗ ذٰلِكَ تَأْوِيْلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًا
“Dan ada pun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang saleh.
Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu.
Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya.”” (QS. Al-Kahf : 82)
Allah menjaga harta orang tua yang menjadi hak milik dua anak yatimnya. Penjagaan Allah terhadap harta benda berharga itu disebabkan oleh ketaatan orang tuanya kepada Allah dan senantiasa berbuat baik.
Allah membalas kebaikan orang tua itu dengan menjaga harta yang ditinggalkannya, hingga sampai pada dua anak yang ditinggalkannya.
Orang tua itu menimbun harta benda itu di bawah tanah yang tertutupi oleh tembok yang kokoh.
Dalam waktu yang lama, tembok yang kokoh itu roboh hingga menutupi harta yang tertimbun.
Robohnya tembok itu guna menjaga harta dari penjarahan tangan-tangan jahat. Allah pun mengutus Nabi Khidr dan Nabi Musa untuk menegakkan tembok yang sudah roboh.
Ditegakkannya tembok itu bersamaan dengan dewasanya dua anak yatim itu sehingga harta yang tertimbun bisa tersampaikan pada mereka.
Deskripsi Alquran ini menunjukkan bahwa ketaatan orang tua kepada Allah mendatangkan pertolongan-Nya berupa terjaganya harta benda yang ditinggalkannya.
Dengan kata lain, jerih payah orang tua yang berbuat baik mengundang campur tangan Allah untuk menjaga harta benda hingga sampai pada dua anak yatimnya.
Ini merupakan hikmah yang besar bahwa penyerahan diri secara totalitas kepada Allah dengan melakukan ketaatan akan memperbaiki generasi.
Sementara menjauhkan diri dengan melanggar aturan Allah akan semakin hancur generasi ini.
Betapa banyak orang tua di era sekarang ini mengkhawatirkan generasi yang dilahirkannya tetapi justru melakukan pelanggaran aturan-aturan Allah.
Tidak sedikit keluarga muslim yang menolak aturan-aturan yang merujuk pada Alquran dengan berbagai argumen.
Di sinilah pentingnya kesalehan profetik, dan itu merupakan jalan terbaik untuk mengikis kegelisahan orang tua yang khawatir lahirnya generasi yang lemah.
Kesalehan profetik akan mendatangkan keberkahan hidup, karena campur tangan Allah dalam memperbaiki generasi yang ditinggalkannya ini. (*)