Dahulu, banyak aktivis cabang dan ranting lumpuh akibat aktivisnya lebih suka berpartai politik dan dibawa ke rapat-rapat.
Oleh karena itu, menjelang Pemilu 2024, saya berpesan supaya kejadian tersebut tidak terulang kembali.
Perbedaan pandangan dan keterlibatan aktivis Muhammadiyah dalam partai politik (parpol) harus disikapi dengan bijaksana. Tidak boleh dicampur adukan dibawa ke ruang-ruang rapat Muhammadiyah.
Muhammadiyah seperti yang dikatakan, menjadi payung dari tenda besar terutama bagi warganya sendiri.
Beda-beda begitu rapat kita disatukan beda-beda jangan sampai ke masjid membawa-bawa partai.
Tapi masjid menyatukan kita, mendinginkan kita agar kita tetap menjadi umat yang menjunjung tinggi persaudaraan.
Untuk diketahui, Muhammadiyah dalam konteks politik praktis sebagai organisasi yang majemuk, maka pimpinan jangan hanya bertemu ketika menjalankan rapat-rapat.
Tapi untuk menyatukan dan memperkuat komitmen, pimpinan harus sering bertemu selain di ruang-ruang rapat.
Selain itu, para aktivis Persyarikatan Muhammadiyah seyogianya mengemban amanah dengan bergembira.
Datang ke rapat, berjamaah di masjid, menghadiri pengajian Muhammadiyah, pulangnya tidak boleh marah-marah. Pulangnya harus membawa kegembiraan, khususnya bagi keluarga.
Kegembiraan yang disampaikan kepada anak-anak merupakan salah satu cara pengkaderan yang efektif.
Melihat realitas sekarang, di mana banyak tokoh Muhammadiyah yang anaknya enggan bahkan anti dengan Muhammadiyah, bisa jadi karena orang tuanya sepulang dari aktivitas di Muhammadiyah tidak menampilkan kegembiraan.
Kita berislam, berdakwah amar ma’ruf nahi munkar itu biar bahagia dunia dan akhirat.
Selanjutnya bapak-bapak mari kita tunaikan tugas itu dengan senang hati, ringan hati. (*)
(Disampaikan Ketua LPCR PP Muhammadiyah Jamaluddin Ahmad dalam Pengajian Umum Pengukuhan PDMA Kabupaten Kudus, 11 Juni 2023)