Dua orang ibu mendatangi saya usai kegiatan parenting. Sambil menangis, ia ceritakan kesulitan dalam mendidik anaknya.
Anaknya putri, ia tergabung dalam remaja punk. Jarang di rumah, katanya. Berangkat pagi, pulang sudah larut malam. Ia sudah sering dinasihati, namun nasihatnya seolah tak berarti bagi anaknya. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.
Pernah suatu ketika, ia nasihatkan dengan pukulan, karena saking marahnya. Namun tetap saja tak bergeming. “Hanya diam, juga tak membalas pukulan saya,” katanya. “Masuk kamar, diam, besok kembali lagi pulang larut malam. Tak berubah.
“Terus apa yang harus saya lakukan, ustad?” tanyanya kepada saya.
***
Seorang anak atau remaja memang rentan dalam hidupnya. Perilakunya akan menjadi peniru dari lingkungan sekitarnya. Bisa lingkungan rumah, sekolah, atau lingkungan lainnya yang ia kerap beradaptasi sehari-harinya.
Itulah sebabnya, Islam mengajarkan adab berteman. Dan orangtua bisa membantu menghadir-pilihkan lingkungan yang baik bagi anak-anaknya.
Apa yang menjadi permasalahan bagi ibu di atas sangat mungkin akan kita alamai atau bersiaplah jika hal itu betul-betul kita alami. Bisa dalam pola yang berbeda. Intinya anak sulit dinasihati bahkan cenderung membangkang.
Ada beberapa cara yang bisa kita coba lakukan jika menghadapi persoalan tersebut:
1. Anda harus menerima kelebihan dan kekurangan anak.
Kita paham, bahwa manusia di dunia ini tidak ada yang sempurna. Sebagaimana kita yang terlahir dengan kelebihan dan kekurangan. Yang pasti kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Memahami kelebihan dan kekurangan anak akan membantu kita untuk mudah masuk ke jiwa mereka.
Dampak dari kita bisa menerima kekurangan dan kelebihan mereka adalah kita bisa mendengar aktif.
Mendengar aktif artinya diutamakan banyak mendengar apa yang ingin dicurhatkan anak kepada kita, tanpa menyela atau bahkan langsung menyalahkan dan menasihatkan segala sesuatunya.
Mendengar aktif, akan menyebabkan anak terbuka akan persoalan apa pun yang dialami anak kepada kita.
Tentu saja ini jauh lebih baik, dari pada anak-anak tertutup pada kita dan justru ia terbuka pada orang atau teman lain.
Bahannya adalah jika orang atau teman lain tersebut tidak baik, maka kemungkinan besar akan diarahkan kepada hal yang tidak baik.
Kekurangan orang tua, terkadang menuntut anaknya untuk sempurna. Ekspektasi orang tua sangat tinggi melebihi dirinya. Jika tidak, maka akan di-bully dengan membandingkan dengan saudaranya yang lain, bahkan dibandingkan dengan anak orang lain.
Tentu saja ini akan menyakitkan bagi anak. Sama halnya dengan di depan istri kita bilang “Ma, cobalah mama seperti istri tetangga kita.” Tentu menyakitkan, bukan.
Membandingkan dengan orang lain memang akan menjadikan hubungan semakin buruk, baik anak terhadap orang tua atau sebaliknya, istri terhadap suami maupun suami kepada istri.
Kita hidup, memang tidak bisa dibandingkan, tugas kita dengan kelebihan adalah menyempurnakan bagi yang lain, dan kelebihan orang lain juga akan disempurnakan untuk kita.
Hubungan yang buruk akan menjadikan segala sesuatunya tertutup, termasuk nasihat kita sulit masuk. Maka, salah satu caranya adalah menerima kekurangan dan berfokuslah pada kelebihan.
2. Maafkan kesalahan mereka.
Ketidaksempurnaan manusia adalah ia bisa berbuat salah. Kesalahan anak kepada orang tua yang tidak termaafkan akan menjadikan sulit jalan hidup bagi anaknya sendiri.
Suatu saat bisa jadi kita akan alami hidup yang sulit, cobalah tengok barang kali ada kesalahan yang kita lakukan kepada orang tua kita. Maka, meminta maaf bisa menjadi alternatif untuk orang tua memaafkan dan hidup lapang kembali.
Dalam agama kita diberi nasihat, “Rida Allah SWT terletak pada rida kedua orang tua dan murka Allah SWT terletak pada murka kedua orang tua.
Murka orang tua terhadap anak yang berakibat pada sulitnya memberikan maaf akan menjadi sulit pula bagi anak.
Sebagai orang tua, kita memang tidak harus menunggu anak meminta maaf kepada kita. Namun memaafkan kesalahan mereka akan membuka jalan terang baginya.
Kalau anak kita hidupnya sulit, toh anak kita juga, bukan. Artinya sulitnya mereka sesungguhnya adalah sulit kita, kemudahan mereka juga kebahagiaan kita.
Menerima kekurangan, fokus pada kelebihan, serta membuka pintu maaf antar kita dan mereka sesungguhnya akan membuka jalan kebahagiaan bagi orang tua, anak, dan bahkan keluarga. Kebahagiaan keluarga inilah yang saya sebut sebagai surga di rumah. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News