Sifat Manusia dalam alquran
Sifat Manusia dalam alquran
UM Surabaya

Khutbah Jumat, Sifat-sifat Manusia dalam Alquran

ِإِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى نَبِيِّنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَالَاهُ, وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ . اًمًّا بًعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوصِيْكُمْ بِنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

Hadirin yang dimuliakan Allah !
Alhamdulillah kita dapat berkumpul di majelis yang berbahagia ini , untuk bersimpuh kehadirat Allah Subhaanahu wa Ta’ala , yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan kepada kita semua. Karenannya meningkatkan rasa syukur kepada-Nya suatu keharusan.

Semoga sholawat serta salam tetap terlimpah kepada junjungan kita nabi Muhammad Saw. Yang telah memberikan suri tauladan serta bimbingan kepada kita sehingga , kita menjadi mukmin yang memiliki agama yang diridloi Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

Hadirin Jama’ah Jum’at di mulikan oleh Allah
Di dalam al-Qur’an ada tiga binatang kecil diabadikan oleh Allah menjadi nama surah, yaitu al-Naml ( semut), al-‘Ankabut (laba-laba), dan al-Nahl (lebah).

Ketiga binatang ini masing-masing memiliki karakter dan sifat, sebagimana digambarkan oleh al-Qur’an. Patutlah kiranya dijadikan pelajaran oleh manusia, agar dapat memilih menjadi manusia yang mendapat ridlo-Nya, karena sesuai dengan kehendak-Nya.

Semut memiliki sifat suka menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya. Konon, binatang ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun sedangkan usianya tidak lebih dari satu tahun.

Kelobaanya sedemikian besar sehingga ia berusaha memikul sesuatu yang lebih besar dari badannya, meskipun sesuatu tidak itu tidak berguna baginya.

Tentu kita semua tak ingin seperti semut bukan ! Tetapi apakah dalam kehidupan kita ada manusia yang seperti semut ? Oleh karena itu, jama’ah yang berbahagia , alangkah indahnya jika kita terbiasa memberikan kelebihan yang kita miliki, dan kita menjadi orang yang peduli kepada orang lain yang membutuhkan.

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah!
Ada binatang yang kedua yakni laba-laba, dan inilah yang perlu tak perlu kita contoh, dan memanglah kita, bukanlah laba-laba , sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an bahwa sarang laba-laba adalah tempat yang paling rapuh,

مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

. “ Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” Al Ankabut : 41.

Rumah laba-laba bukan tempat yang aman, apa pun yang berlindung di sana atau disergapnya akan binasa.

Jangankan serangga yang tidak sejenis, jantannya pun setelah selesai berhubungan disergapnya untuk dimusnahkan oleh betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan.

Ketahuilah ! bahwa ayat ini memberikan gambaran bahwa di dalam masyarakat atau rumah tangga yang keadaannya seperti laba-laba; rapuh, anggotanya saling tindih-menindih, sikut menyikut seperti anak laba-laba yang baru lahir.

Kehidupan ayah dan ibu serta anak-anak tidak harmonis, antara pimpinan dan bawahan saling curiga. Masyarakat yang kacau, memfitnah, mengadu domba ,ketidakadilan menjamur di mana-mana.Inilah gambaran masyarakat seperti rumah laba-laba.

Hadirin yang diimuliakan oleh Allah!
Berbeda sekali dengan dengan lebah, memiliki insting yang sangat tinggi, oleh al-Qur’an digambarkan sebagaimana dalam Firmannya : An Nahl : 68

وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ(68)ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“ . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”

Sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar tidak terjadi pemborosan dalam lokasi. Yang dimakannya adalah kembang-kembang dan tidak seperti semut yang menumpuk-numpuk makanannya, lebah mengolah makanannya dan hasil olahannya itulah menjadi lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia untuk dijadikan sebagai penerang dan obat. Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja dan segala yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Ia tidak mengganggu yang lainnya kecuali yang mengganggunya, bahkan kalaupun menyakiti (menyengat) sengatannya dapat menjadi obat.
Oleh karenanya, wajarlah kalau Nabi Muhammad Saw. mengibaratkan orang mukmin yang baik seperti lebah, sebagaimana dalam sabdanya:

قال رسول الله صم : مَثَل المؤمنٍ مَثًل النحلةِ لا تأكل إلا طيبا ولا تضع إلا طيبا وإن وقعت فى شئ لا تكسر.

Rasulullah bersabda: “ Perumpaan seorang mukmin adalah seperti lebah. Ia tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang baik, dan bila berada pada suatu tempat tidak merusak”HR. Ibnu Hibban

Lebah adalah kita, kita harus hidup seprti lebah, makan yang baik-baik, sehingga menghasilkan sesuatu yang baik, dimana saja kita berada tidak membikin kacau.

Hadirin yang dimuliakan Oleh Allah !
Dalam kehidupan kita di dunia ini contoh-contoh di atas seringkali diibaratkan dengan berbagai jenis binatang. Bahkan kalau manusia tidak mengetahui posisinya sebagai makhluk yang memiliki aturan dalam hal ini petunjuk-petunjuk agama bisa saja menempati posisi lebih rendah dari binatang bahkan lebih sesat dari binatang.

Jelas ada manusia yang berbudaya semut, yaitu suka menghimpun dan menumpuk materi atau harta (tanpa disesuaikan dengan kebutuhan.

Menumpuk-numpuk harta tanpa ada pemanfaatan dalam agama (dalam bentuk zakat dan sadaqah) tidak sedikit problem masyarakat bersumber dari budaya tersebut. Pemborosan adalah termasuk budaya tersebut di atas yaitu hadirnya berbagi benda baru yang tidak dibutuhkan dan tersingkirnya benda-benda lama yang masih cukup bagus untuk dipandang dan bermanfaat untuk digunakan. Dapat dipastikan bahwa dalam masyarakat kita, banyak semut-semut yang berkeliaran.

Di dalam al-Qur’an dijelaskan tentang sekelompok manusia yang akan tersiksa di akhirat, karena mereka bekerja keras tanpa mempertimbangkan akibat buruknya:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ(2)عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ(3)تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً(4)تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ ءَانِيَةٍ

“ Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan,, .memasuki api yang sangat panas (neraka), diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas.” Al Ghasyiah : 2-5

Alangkah nistanya keadaan itu, bahkan merupan penderitaan yang tiada habis-habisnya, yang disebabkan ketika di dunia tidak memperhatikan firman-firman-Nya, menolak serta mempermainkannya. Semoga kita terselamat dari keadaan yang sangat hina ini dengan pertolongan-Nya

بَارَكَ ا للهُ لِيْ وَلَكُمْ فيِ االْقُرْأَ نِ ا لْعَظِيْمِ وَنَفعَنِيْ وَ إِ يَّا كُمْ بمَِا فِيْهِ مِنْ ذِكْرِ ا لحَْكِيْمِ إِ نَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ ا لْعَلِيْمُ

Baca Juga : Khutbah Jum’at: Hakikat Kemenangan dalam Al-Quran

Khutbah Kedua :
Hadirin yang dimuliakan Allah !
Marilah kita senantiasa memanjatkan do’a kepada Dzat yang telah memberikan nikmat yang tak terhitung jumlahnya, dan kita tidak tertipu dengan gemerlapnya dunia, Semoga kita , selalu mendapat perlindungan dan petunjuk dari-Nya dalam kehidupan yang penuh tipu daya.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، ٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .

Oleh: Moh. Helman Sueb*

*Pengasuh Pondok Pesantren Muhammadiyah Babat Lamongan

Artikel ini dimuat di laman klikmu.co

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini