*) Oleh: Miftahul Qornain
Anggota Majelis Tabligh PDM Situbondo
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ.
ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ
أَللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ،
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ،
اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
أَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيم
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ
“Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.”
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. [QS Ash-Shaffat: 100-112]
***
اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
Berpangkal dari ketaatan Nabi Ibrahim AS kepada Allah, agar beliau menyembelih putranya yang amat disayangi, Nabi Ismail AS, maka umat Islam mengenang dan mengabadikan peristiwa tersebut dengan menunaikan Idul Adha atau Hari Raya Kurban sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Akan tetapi merayakan bukan sekedar merayakan, sebab merayakan disini harus tetap berada dalam kosmos ber-taqarrub ilallah agar kita dapat memetik pelajaran dari peristiwa luar biasa itu.
Dikatakan luar biasa, sebab peristiwa tersebut merupakan salah satu peristiwa ditancapkannya tonggak revolusi akidah, yaitu perubahan secara besar-besaran keyakinan manusia.
Yakni, perubahan dari keyakinan penyembahan terhadap sesama manusia dan benda-benda, berubah menjadi Keyakinan Penyembahan kepada Al Haq, Allah Rabbul Alamin.
Keselamatan & Kebahagiaan Abadi
اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
Umat Islam ingin memetik pelajaran dari peristiwa luar biasa itu, sebab mustahil Allah memerintahkan sesuatu yang sia-sia dan tanpa makna.
Umat Islam ingin meresapi motivasi yang membuat Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS demikian taat menjalankan perintah Allah.
Jamaah yang dimuliakan Allah
Sebagaimana yang kita rasakan bersama, bahwa tidak ada satu pun manusia normal yang ingin cepat mati. Hal itu menandakan bahwa setiap manusia normal ingin hidup kekal dan abadi.
Persoalannya adalah, apakah kekal abadi dalam keselamatan dan kebahagiaan memperoleh karunia Surga Allah, atau kekal abadi dalam kesengsaraan dan penderitaan mendapat azab neraka Allah.
Apabila kita ingin kekal abadi dalam keselamatan dan kebahagiaan, maka satu-satunya jalan adalah kita harus bergabung dengan Yang Maha Abadi, Allah Swt, dengan berusaha berjalan pada jalan yang ditentukan Allah, shirothol mustaqim atau jalan yang lurus.
Jika itu dapat kita lakukan hingga maut menjemput, maka berarti kita telah berhasil memasuki pintu keselamatan dan kebahagiaan abadi.
Firman Allah:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ
“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki.” [QS Ali Imran: 169]
Nah, tujuan untuk sampai kepada keselamatan dan kebahagiaan abadi itulah yang membuat dua manusia pilihan, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alaihimassalam demikian taat dalam menjalankan perintah Allah walau harus berkorban nyawa sekalipun.
Daya Tangkal
اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
Dari sekelumit paparan kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS tersebut, kita memiliki landasan kontemplasi, apa konteksnya dengan kehidupan dan perjuangan umat islam di zaman sekarang ?
Sebagaimana tadi dijelaskan, bahwa peristiwa itu adalah salah satu peristiwa ditancapkannya tonggak revolusi akidah yang mengubah secara besar-besaran keyakinan manusia, yakni dari keyakinan penyembahan terhadap sesama manusia dan benda-benda BERUBAH menjadi keyakinan penyembahan kepada Al-Haq, ALLAH rabbul alamin.
Dan apabila kita taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka revolusi akidah tersebut harus terus kita kobarkan dan kibarkan, sebab upaya pendangkalan dan pendongkelan akidah terus terjadi pada setiap era dan zaman.
Ingat, Perjuangan belum usai..!
Dengan demikian maka insya Allah kita akan memiliki daya tangkal dan daya dobrak yang tangguh, agar nantinya memperoleh karunia yang dijanjikan Allah, yakni teman yang sebaik-baiknya.
Firman Allah:
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَٰٓئِكَ رَفِيقًا
“Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” [QS An-Nisa: 69]
Dengan akidah yang benar, maka kita berdiri pada landasan yang benar, melangkah pada jalan yang benar, serta menuju arah yang benar pula sebagaimana yang dicontohkan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
Akidah Menurut Bahasa
Berasal dari bahasa Arab aqada-ya’qudu-aqidatan yang artinya mengikat atau mengadakan perjanjian. Para ulama mendefinisikan Akidah sebagai sesuatu yang terikat dari hati nurani.
Adapun menurut Istilah, akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang yang mempercayainya.
Sehingga, pengertian akidah Islam adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim dengan bersandar pada dalil-dalil naqli dan aqli.
اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
Dengan demikian menjadi jelas, bahwa revolusi akidah adalah upaya memberikan pencerahan kepada umat tentang kebenaran Islam berdasarkan dalil naqli (pasti/qod’i berdasar Alquran dan sunah) dan dalil aqli (dapat dinalar akal sehat) dengan titik berat harus berpijak pada dalil naqli, sebab kebenaran akal bersifat terbatas, sedangkan kebenaran naqli bersifat tak terbatas atau mutlak.
Dengan landasan aqidah shohihah yang kuat, diharapkan umat Islam memiliki pola pikir yang benar sesuai dengan sunah Rasulullah saw sehingga memiliki Daya Tangkal yang tangguh dalam menghadapi upaya penggerusan aqidah yang terjadi setiap saat, in-sya Allah.
Kaum Dahriyyun
اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
Lebih-lebih selama satu dekade terakhir ini Kaum Dahriyyun semakin aktif beraksi dengan cara menafikkan Allah, menistakan Rasulullah saw, membakar Alquran, mendiskreditkan umat Islam dengan memberikan stigma negatif secara terus menerus di berbagai media dan lain-lain
Maka, mau tidak mau umat Islam harus bangkit bertahan dan melawan dengan landasan aqidah shohihah itu tadi.
Dahriyyun berasal dari kata Dahr yang berarti masa/waktu dinisbatkan pada Firman Allah dalam Surat Al-Jatsiyah ayat 23 dan 24.
Ciri-ciri pemikiran mereka adalah:
– Menuhankan dirinya;
– Tidak percaya terhadap adanya Allah;
– Tidak percaya terhadap adanya akhirat;
– Mati dan hidup disebabkan karena Dahr;
Itulah Kaum Dahriyyun. Seiring perjalanan waktu, sekarang lebih dikenal beristilah atheisme dengan berbagai variannya yang secara garis besar terbagi dalam aliran:
– Atheisme Komunisme;
– Atheisme Rasionalisme;
– Atheisme Eksistensialisme; dan
– Atheisme Valueisme (atas nama nilai).
Namun apa pun namanya, inti ajaran mereka adalah menuhankan dirinya.
Firman Allah:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?
Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ ۚ وَمَا لَهُمْ بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
“Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” [QS Al-Jatsiyah: 23-24]
Jadi, aliran pemuja diri sendiri dan materi sudah ada sejak zaman dahulu dan disebutkan dalam Alquran.
Oleh karena itu, Allah mengutus para Nabi dan Rasul agar mereka kembali kejalan lurus, jalan yang ditetapkan Allah, yakni dinul Islam.
Nah, mengingat tugas para Nabi dan Rasul sudah selesai dengan wafatnya Nabi Muhammad saw, maka umat Islam lah yang harus melanjutkan tugas dakwah tauhid Ilallah agar umat manusia kembali ke jalan Allah.
Jasad Tokoh Atheisme
اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
Sebagaimana disinggung diatas, bahwa aliran dahriyyun atau atheisme sudah ada sejak zaman dahulu dan akan tetap ada hingga akhir zaman.
Salah satu tokoh atheisme yang disebut dalam Alquran adalah Fir’aun.
Dijelaskan bahwa jasad Fir’aun diabadikan oleh Allah agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahnya.
Ternyata benar, jasad Fir’aun hingga sekarang tersimpan dalam bentuk mumi di Negeri Mesir.
Firman Allah:
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu (Fir’aun) supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” [QS Yunus: 92]
Subhanallah, seolah ada benang merah yang kuat, nasib akhir tokoh atheisme zaman sekarang, seperti Lenin dan Mao Che Tung, mengalami nasib akhir yang sama, yakni jasadnya sama-sama menjadi mumi.
Maraknya aliran dahriyyun yang muncul di berbagai tempat dan lapisan masyarakat dengan tokohnya masing-masing, diperkirakan akan menambah panjang daftar mumi tokoh-tokoh atheisme di masa yang akan datang.
Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya.
Naqli dan Aqli
اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
Kembali pada persoalan Aqidah Islam yang secara syara’ merupakan pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim dengan bersandar pada Dalil-dalil Naqli dan Aqli, terlebih dahulu mari kita lihat dalil-dalil naqli sebagai landasan nalar menuju dalil aqli.
Firman Allah:
Pertama,
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” [QS Adz-Dzariyat: 49]
Semua yang dicipta Allah berpasang-pasangan, dan setiap pasangan pasti kebalikannya.
Contoh, siang-malam, plus-minus, laki-perempuan, jasmani ruhani, dan seterusnya.
Apabila semua berpasangan, maka dunia sebagai alam nyata sekarang, pasti ada pasangannya, yaitu alam gaib (akhirat menurut Islam);
Apabila Dunia ini fana, maka Akhirat pasti kekal;
Dengan demikian maka keadaan (dunia akhirat) pasti ada yang yang menciptakan, sebab kalau ada dengan sendirinya maka itu bertentangan dengan Hukum berpasang-pasangan. Jadi, yang mencipta keadaan, wajib ada, yaitu, Allah Swt;
Apabila ciptaan-Nya banyak, maka Penciptanya (Kholiq) pasti Maha Esa (Maha Tunggal ).
Kedua,
وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
“dan Tuhanmu agungkanlah.” [QS Al-Muddatsir: 3]
Allah Maha Agung/Besar.
Oleh karena itu wajar Dia tidak dapat dilihat.
Hal ini amat penting untuk dibahas, sebab banyak orang tidak percaya tentang adanya Allah karena DIA tidak dapat dilihat.
Mari kita nalar Dzat Yang Maha Besar melalui makhluk-Nya dengan menggunakan Gaya Bahasa Klimaks.
Kita mulai dari benda kecil yang diketahui manusia, lalu kita urut sampai kepada benda yang besar:
“Atom – Debu – Pasir – – Kerikil – Batu Kali – Batu Gunung – Gunung – Bumi – Matahari – Dunia – terus kepada yang lebih besar”
Dapatkan dilihat?
Itu baru makhluk-Nya, apalagi Allah Yang Maha Besar. Wajar dan masuk akal apabila Allah tidak dapat dilihat.
Ketiga,
اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ
“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” [QS. al-Syura: 19].
Allah Maha Halus.
Mari kita nalar Zat Yang Maha Halus melalui makhluk-Nya dengan menggunakan Gaya Bahasa Anti Klimaks.
Kita mulai dari benda besar yang diketahui manusia, lalu kita urut sampai kepada benda yang kecil:
“Dunia – Matahari – Bumi – Gunung – Batu Gunung – Batu Kali – Kerikil – Pasir – Debu – Atom – terus kepada yang lebih halus”
Dapatkan dilihat?
Itu baru makhluk-Nya, apalagi Allah Yang Maha Halus. Wajar dan masuk akal apabila Allah tidak dapat dilihat.
Keempat,
اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۗ نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ۙ
“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS An-Nur: 35]
Zat Allah adalah Maha Bercahaya. Demikian Maha Terang Cahaya Allah, sehingga wajar tidak dapat dilihat.
Mari kita nalar melalui cahaya biasa. Apabila kita berada di tempat gelap gulita, lalu tiba-tiba ada sorotan lampu sokle menerpa wajah, maka pasti kita tidak dapat melihat karena amat silau.
Itu baru cahaya biasa, apalagi Cahaya Allah Yang Maha Terang, maka Wajar dan masuk akal apabila Allah tidak dapat dilihat.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa Allah wajib tidak dapat dilihat, bahkan dibayangkan saja tidak mungkin karena Allah Maha Halus lagi Maha Besar.
Kalau bisa dibayangkan, apalagi bisa dilihat, maka pasti itu bukan Allah.
لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ ۖ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” [QS Al-An’am: 103]
Merdeka
اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ
Itulah revolusi akidah. Melalui revolusi akidah, kita akan menjadi manusia yang menyembah dan beribadah hanya kepada Allah sebagaimana dicontohkan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
Dengan revolusi akidah, kita akan menjadi manusia merdeka yang hanya takut kepada Allah, dan tidak takut kepada yang selain Allah termasuk tidak takut kepada kematian, sebab dunia bukan tempat manusia berhenti.
Kita akan terus melanjutkan perjalanan guna meraih hidup hakiki, disana, di Hadapan Allah bersama Kekasih-Nya, Rasulullah Muhammad saw.
Dengan revolusi akidah, kita mohon Kasih Sayang Allah agar kita menjadi umat yang menyayangi semuanya; Mencintai Allah dan Rasul-Nya; Mencintai Bangsa dan Negara;
Mentaati Hukum Allah dan Hukum Negara yang disepakati bersama, karena umat Islam dilarang berkhianat.
Dengan revolusi akidah, kita akan menjadi manusia merdeka , insya Allah, aamiin ya rabbal ‘alamiin…
Demikian yang dapat saya sampaikan dalam momen yang berbahagia ini;
Semoga semua dosa kita diampuni Allah, segala ibadah dan kurban kita diterima Allah;
Semoga saudara-saudara kita yang menunaikan ibadah haji diberi kelancaran dan keselamatan oleh Allah, serta menjadi haji yang mabrur.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
سُبْحَانَكَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ. وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
Terima kasih atas segala perhatian, mohon maaf atas segala kekhilafan.
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه