114 Tahun Muhammadiyah: Berkarya untuk Bangsa dan Semesta

Pada bulan Zulhijah 1444 H ini, dalam hitungan hijriah Muhammadiyah menginjak usia yang ke 114 tahun. Rentang usia tersebut tidak perlu diragukan lagi keindonesiaan pada diri Muhammadiyah.

Sebagai organisasi sosial keagamaan yang telah lahir sejak sebelum kemerdekaan, Muhammadiyah telah banyak berbuat bagi kemajuan bangsa dan negara ini.

Tidak hanya dalam retorika dan teriakan “NKRI Harga Mati”, Muhammadiyah merealisasikan keindonesiaannya melalui gerakan aksi nyata sebagai aktualisasi Islam Rahmatan lil Alamin.

Peran kebangsaan ini dilakukan oleh Muhammadiyah dirasakan langsung manfaatnya oleh negara, sampai memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada kader dan tokoh Muhammadiyah.

Mulai dari KH. Ahmad Dahlan, Nyai Ahmad Dahlan, Ir. Soekarno, Jenderal Soedirman, KH. Mas Mansur, KH. Fakhruddin, Ki Bagus Hadikusumo, Buya Hamka, dan masih banyak lagi.

Tidak sering-sering pakai teriak NKRI Harga Mati, bagi Muhammadiyah bukan teriakan tapi karya untuk bangsa itu yang dilakukan sekarang.

Sebagai upaya menyambung semangat memajukan bangsa dan negara, Muhammadiyah mendorong supaya dari rahim Muhammadiyah terus melahirkan kader-kader yang unggul dan berkemajuan.

Mereka yang mewakafkan dirinya untuk memajukan negara dan bangsa Indonesia supaya bisa bersaing dengan negara lain pada tingkat global atau internasional.

Oleh karena itu, Muhammadiyah tengah berupaya melakukan gerakan internasionalisasi pemikiran dan gerakan.

Saat ini, ada lebih dari 25 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di berbagai negara dan sudah beberapa cabang sudah memiliki badan hukum, sehingga bisa mendirikan amal usaha.

Seperti di Malaysia, ada Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) yang berdiri pada 2021 lalu, kemudian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Taman Pengajaran Al Quran (TPA), dan lain–lain.

Lalu, di Australia terdapat sekolah yang bernama Muhammadiyah Australia College (MAC), serta beberapa amal usaha di berbagai negara lainnya.

Untuk memajukan umat dan bangsa adalah harus diciptakan pusat-pusat keunggulan.

Termasuk di Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA), di mana pendidikan merupakan pilar penting dalam meningkatkan daya saing bangsa ini di kancah internasional.

Kuncinya adalah dengan menjadi center of excellent-nya Muhammadiyah. Dengan begitu kita telah mengamalkan bagian dari spirit dari Islam berkemajuan itu. (*)

(Disampaikan Ketua PP Muhammadiyah dr. Agus Taufiqurrahman dalam Pengajian Tasyakur Milad 114 Muhammadiyah di UAD, Yogyakarta, 26 Juni 2023)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini