Menjadi Manusia yang Dirindukan Banyak Orang
Ilustrasi: wikihow.com
UM Surabaya

Sebagai makhluk hidup, manusia pada dasarnya bersifat sosial dan memiliki kecenderungan untuk membangun komunitas. Mulai dari hidup bersama, makan bersama, dan bekerja sama, setiap manusia bergantung terhadap satu sama lain.

Sifat ketergantungan dari manusia ini, ia akan melakukan segala hal untuk membangun hubungan yang baik ke sesamanya. Sehingga, secara natural manusia adalah makhluk yang baik dan murah hati.

Manusia yang memiliki sifat murah hati adalah sebuah bentuk cara manusia untuk bertahan hidup.

Menurut Chief Scientist Elizabeth Dunn, Ph.D., kemampuan kita untuk bekerja sama dan saling membantu sangat penting untuk kelangsungan hidup kita sebagai spesies sehingga pada akhirnya kita berevolusi untuk memiliki rasa senang ketika memberi dan berbagi ke sesama.

Tidak sampai di sini saja, rasa bahagia setelah memberikan sesuatu juga dapat dijelaskan dengan sains.

Ketika kita mampu memberi dan berbagi ke sesama, ditambah lagi fakta apabila kita tahu apa yang kita berikan itu bisa memberikan dampak yang signifikan, maka kebahagiaan yang dirasa pun akan semakin besar.

Studi yang dilakukan oleh ahli saraf menemukan bukti kuantitatif bahwa kita merasakan kebahagiaan yang lebih besar saat membelanjakan uang untuk orang lain dibandingkan saat kita membelanjakan uang untuk diri sendiri.

Raut wajah penerima ketika mereka membuka hadiah dari kita, memberikan dorongan psikologis yang memicu pelepasan endorfin ke otak kita.

Sehingga menghasilkan perasaan senang dan gembira yang sama seperti yang kita alami setelah berolahraga atau sedang jatuh cinta.

Salah satu kebiasaan Rasulullah SAW adalah membuat senang siapa pun yang menemuinya.

Mereka merasa nyaman berbicara dan bergaul dengan Nabi saw. Orang Arab Badui yang jauh-jauh datang menemui beliau gemetaran saat berhadapan dengan Nabi.

Untuk menenangkannya Nabi mengatakan, seperti direkam dalam Kitab Sunan Ibn Majah (hadis nomor 3303):

“Aku bukan raja. Aku putra seorang perempuan yang juga senang makan daging dendeng (yang dikeringkan di bawah sinar matahari).”

Lihatlah bukan saja Nabi mengatakan bahwa beliau tidak perlu dihormati sebagaimana raja, tapi beliau juga mencari titik kesamaan antara tradisi Badui dengan apa yang dilakukannya. Dengan cara demikian, Badui itu merasa nyaman.”

Pesona Sang Nabi memang luar biasa. Salah satu akhlak yang beliau contohkan adalah membuat semua orang merasa akrab.

Ini menyebabkan kita kesulitan menentukan siapa sebenarnya sahabat beliau yang paling dekat. Terhadap Sayyidina Abu Bakar ra beliau bersabda:

“Seandainya aku diperkenankan mengambil kekasih, tentu aku pilih Abu Bakar.” (hadis nomor 447).

Di lain kesempatan Kitab Sahih Bukhari (hadis nomor 3430) menceritakan tatkala Rasul memutuskan pergi dalam Perang Tabuk dan meminta Ali bin Abi Thalib ra tinggal di Madinah menjaga anak-anak dan perempuan yang tidak berperang, Sayyidina Ali tetap ingin pergi berperang, lantas Rasul menenangkannya:

“Tidak inginkah kamu hai Ali memperoleh posisi di sisiku seperti posisi Harun di sisi Musa?”

Rasul merujuk pada peristiwa Nabi Musa pergi menerima perintah Allah dan memercayakan urusan umat kepada Nabi Harun.

Tentang Sayyidina Umar bin Khattab ra, amat banyak riwayat yang menyebutkan keutamaannya. Kitab Sahih Bukhari (hadis nomor 80) menceritakan mimpi Rasul:
“Ketika tidur, aku bermimpi meminum (segelas) susu hingga aku dapat melihat aliran air dari kukuku, kemudian aku berikan (sisanya kepada) ‘Umar”.

Orang-orang bertanya; “Apa maknanya (susu tersebut)? Rasulullah menjawab: “Ilmu”

Pernah terjadi rebutan hak asuh anak Sayyidina Hamzah yang gugur di perang Uhud. Ali mengambilnya dengan alasan, “Dia anak perempuan pamanku”.

Ja’far mengatakan, “Istriku itu bibinya anak perempuan ini.” Zaid tidak mau kalah dan mengatakan, “Dia anak perempuan saudaraku”.

Kitab Sahih Bukhari (hadis nomor 3920) menceritakan bagaimana Rasul kemudian menengahi dengan membuat semua pihak merasa nyaman:

“Bibi adalah pengganti ibu.” Maka Rasul memberikannya kepada Bibi anak itu. Lantas Rasul berkata kepada Ali, “Engkau bagian dariku, dan aku bagian darimu.”

Rasul berkata kepada Ja’far: “Akhlakku menyerupai akhlakmu”. Dan kepada Zaid, Rasul berkata: “Engkau saudara dan maula kami”. Semua menjadi senang dengan keputusan Nabi.

Mari yuk kita terus jaga akhlak kita agar kelak Nabi Muhammad berbisik mesra kepada kita: “Engkau bagian dari umatku, akhlakmu menyerupai akhlakku dan engkaulah saudaraku.” (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini