Tetaplah Berjamaah, Jangan Menyempal dan Menyendiri
Para peserta dan penggembura Muktamar 48 Muhammadiyah-‘Aisyiyah di Solo. foto: muhammadiyah.or.id

Islam menganut kebenaran mayoritas, karena mayoritas mendekati ijma dengan “margint eror” yang sangat limit.

Sebab itu, ikuti aturan Pimpinan Pusat (PP), Insya Allah lebih selamat karena tingkat kesalahannya lebih kecil dibanding menyempal menyendiri dengan alasan apa pun.

***

Potensi perilaku menyempal dan menyendiri dari jamaah ini telah ada semenjak Rasulullah saw, kemudian menemukan puncaknya pada masa kekhalifahan terutama setelah Sayidina Abu Bakar ra dan syahidnya Sayidina Umar ra di tangan pemberontak.

Kelompok ini kecil, tapi beringas dan lantang suara, kemudian lazim disebut kelompok khawarij. Kelompok ini merasa paling: merasa paling paham Alquran, bahkan merasa lebih saleh ketimbang Rasulullah saw.

Kemudian mengklaim memegang otoritas memvalidasi mana yang sunah dan mana yang bid’ah dengan ukuran yang mereka bikin sendiri. Dan terakhir menentukan siapa muslim, siapa kafir.

Sungguh, sebuah perilaku berlebihan dalam beragama dan kerap bikin gaduh karena senang mengkafirkan dan menyesatkan sesama mukmin karena tidak sepemahaman.

***

Kelompok ini jumlahnya sangat sedikit, tapi biang gaduh. Orang-orang yang suka menyempal dan menyendiri berpotensi berpikir model khawarij.

Selogis apa pun hujjah tetap saja menyelisihi mayoritas adalah hal yang kurang patut dan rentan diterkam srigala seperti halnya domba keluar dari kawanan.

Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah kelompok mayoritas (as-sawad al a’zham).” (HR. Ibnu Majah).

“Allah tidak akan membiarkan umatku dalam kesesatan selamanya. Ikutilah As-Sawad Al-A’zhom. Tangan (rahmah dan perlindungan) Allah bersama jamaah. Barang siapa menyendiri dan menyempal, ia akan menyendiri dan menyempal di dalam neraka.”

***

Rasulullah shollallaah ‘alaih wa sallam sudah memberikan pedoman bagi kita agar mengikuti as-sawaad al-a’zhom (jamaah kaum muslimin yang terbanyak), karena kesepakatan mereka (as-sawaad al-a’zhom) mendekati ijma’, sehingga kemungkinan keliru sangatlah kecil.

al-Imam as-Suyuthi rahimahullaah menafsirkan kata As-sawadul A’zhom sebagai sekelompok (jamaah) manusia yang terbanyak, yang bersatu dalam satu titian manhaj yang lurus. (Lihat: Syarah Sunan Ibnu Majah: 1/283).

Menurut al-Hafidz al-Muhaddits Imam Suyuthi, As-Sawad Al-A’zhom merupakan mayoritas umat Islam.

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Atsqolani memimjam pernyataan Imam Ath-Thabari mengenai makna kata “jamaah” dalam hadis Bukhari yang berbunyi, “Hendaknya kalian bersama jamaah”, beliau berkata, “Jamaah adalah As-Sawad Al-A’zhom.” (Lihat Fathul Bari juz 13 hal. 37).

Ibnu Hajar al-Atsqolani pun memaknai “jamaah” sebagai As-Sawad Al-A’zhom (mayoritas umat Islam).

***

Mayoritas umat ini lebih disepakati mendekati ijma’, ini sangat menarik dalam konteks apa pun. Sebab minoritas makin besar margint eror-nya.

Dan tak perlu diperlawankan dengan Islam itu asing dan akan kembali asing sebagai sandaran kelompok sedikit merasa paling benar sendiri.

Sebab mayoritas atau As Sawad Al Azham adalah dalam konteks keumatan dan keislaman secara global bukan ghurub dalam pengertian eksklusif. Wallahu taala alam. (*)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini