Membawa misi Persyarikatan untuk aktif mencerdaskan kehidupan bangsa, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) mengalokasikan dana Rp 10 miliar setiap tahunnya dalam bentuk belasan jenis beasiswa yang dapat diikuti oleh mahasiswa dan calon mahasiswa UMJ.
“Keseluruhan setiap tahunnya kita mengeluarkan beasiswa sekitar Rp10 miliar yang tentu peruntukannya sangat beragam,” ungkap Rektor UMJ Dr. Ma’mun Murod Al-Barbasy, Rabu (5/7/2023).
Kata dia, penyediaan beasiswa itu berasal dari program internal kampus dan kerja sama dengan pihak eksternal.
Kerja sama eksternal misalnya beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dan Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) yang merupakan program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
“Kemudian beasiswa yang dari dalam itu ada Youth Leader Scholarship (YLS). Itu beasiswa yang diberikan khusus untuk pengurus OSIS. Beasiswa ini setara dengan beasiswa KIP dari pemerintah. Jadi siswa yang lolos seleksi ini nanti dia kuliah biaya SPP-nya gratis kemudian per bulannya masih dapat sedikit living cost,” beber Ma’mun.
Dia lalu menegaskan, seluruh beasiswa itu mudah untuk diakses sepanjang memenuhi persyaratan yang diperlukan. Namun, seleksi ketat tetap menjadi ketentuan utama.
Saat ini, setidaknya terdapat 12 jenis beasiswa yang dapat diikuti oleh mahasiswa dan calon mahasiswa baru UMJ.
Untuk calon mahasiswa baru ada beasiswa YLS, KIP Kuliah, Kader Muhammadiyah, Parsial, Hafidz Quran, Mahasiswa Prestasi, dan YBJ.
Sementara beasiswa yang dapat diikuti oleh mahasiswa di UMJ ada lima. Pertama beasiswa LazisMu UMJ.
Kedua, beasiswa IPK yang dilihat dari prestasi akademik mahasiswa. Kemudian ada beasiswa Olahraga yang dilihat dari prestasi non akademik mahasiswa. Lalu ada beasiswa unggulan Kemendikbudristek. Terakhir ada beasiswa Baznas.
“Terakhir, jika tingginya tingkat kepersertaan program beasiswa di UMJ patut menjadi perhatian serius pemerintah. Hal ini menunjukkan isyarat bahwa masyarakat membutuhkan lebih banyak dukungan di bidang pendidikan,” tegas Ma’mun.
Karenanya, dia berpesan agar anggaran APBN untuk pendidikan sebesar 20 persen terjamin alokasinya dan tidak dipotong sana-sini.
Di luar masalah itu, Muhammadiyah sendiri kata dia akan terus bergerak mencerdaskan kehidupan bangsa meski keadaan kurang ideal.
“Misi Muhammadiyah pada saat lahir kan memang salah satunya mencerdaskan kehidupan bangsa. Problem di Indonesia memang pendidikan itu berbiaya mahal. Muhammadiyah memang sudah menyiasati dengan adanya beragam beasiswa,” tutup Ma’mun. (wh)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News