Pengendalian Diri, Kemenangan Sejati
foto: youngmuslimdigest.com
UM Surabaya

*) Oleh: Munahar, S.HI., M.Pd.
Sekretaris Majelis Tabligh PWM Jawa Timur

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Kaum muslimin yang dirahmati Allah

Dalam kesempatan yang penuh berkah ini, pertama, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.

Menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT semaksimal mungkin dan menjauhi semua yang dilarang oleh-Nya juga semaksimal mungkin.

Kedua, marilah kita tidak bosan-bosannya untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT atas berbagai nikmat yang diberikan kepada kita semua yakni nikmat iman, Islam, dan kesehatan.

Di antara nikmat yang Insya Allah akan diberikan oleh Allah SWT kepada kita orang mukmin adalah hadiah berupa puasa. Oleh sebab hadiah dari Allah SWT, maka seyogianya kita sambut kehadirannya dengan gembira dan penuh rasa syukur.

Kenapa puasa kita nilai sebagai hadiah dari Allah SWT? Karena puasa yang diperintahkan oleh Allah SWT, sesungguhnya tidak sekedar perintah/ kewajiban, namun sebagai jalan supaya kita terpilih menjadi hamba Allah SWT terbaik.

Hamba yang di antaranya mampu mengelola dan mengendalikan nafsunya.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah

Dalam buku yang berjudul Bukan Untuk Dibaca, The Most Inspiring Story yang ditulis oleh Deassy M. Destiani menyebutkan bahwa sebuah toko unik yang menjual calon suami baru saja dibuka di New York.

Sebuah tempat di mana wanita bisa menentukan suami yang tepat untuknya. Toko tersebut terdiri dari enam lantai. Semakin tinggi lantainya semakin tinggi pula nilai calon suami di lantai tersebut.

Di toko tersebut ada sebuah peraturan bahwa setiap wanita hanya diberikan kesempatan untuk berkunjung sekali. Lalu mulailah ada seorang wanita yang berkunjung untuk mencari suami yang pas untuknya.

Sesudah membayar tiket yang sangat mahal kemudian ia memasuki lantai pertama.
Di lantai 1 ada catatan: Lelaki di lantai ini mempunyai pekerjaan serta taat beribadah.

Wanita ini merasa kurang pas, maka ia melanjutkan naik lantai 2 dan membaca sebuah tulisan: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan yang baik, taat beribadah, dan suka anak kecil.

Karena masih tidak puas, maka ia melanjutkan naik ke lantai 3 dengan membaca tulisan: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan yang baik, taat beribadah, suka anak kecil, dan tampan.

Lagi-lagi perempuan ini belum cukup puas dengan kriteria laki-laki yang ada pada lantai 3, demikian juga lantai 4.

Tidak berhenti pada lantai ini, keinginan untuk mencari yang lebih baik, mendorongnya untuk melanjutkan perjalanan hingga sampai lantai 5 dan membaca tulisan: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan yang baik, taat beribadah, mencintai anak, tampan, harmonis, dan memiliki jiwa sosial yang bagus.

Sebetulnya, wanita ini ingin berhenti pada lantai 5 yang sudah mendekati kriteria yang diinginkannya. Namun lagi-lagi keinginannya untuk mencari yang lebih baik lagi mendorongnya untuk melanjutkan perjalanan hingga lantai 6.

Di lantai 6 ini ia membaca tulisan yang tertempel di pintu: Selamat datang di ruang lantai 6. Anda adalah pengunjung yang ke 4.363.012. Pada lantai ini tidak tersedia seorang laki-laki, namun hanya menguji seorang manusia yang tidak pernah puas dari keinginannya.

Terima kasih atas kunjungan Anda. Selamat jalan semoga Anda bahagia sampai di rumah.

Dari kisah ini, kita bisa merenungkan bahwa inilah miniatur kehidupan manusia. Ia tidak akan pernah puas dengan apa yang diinginkannya hingga tidak sampai bisa menikmati apa yang sudah dicapainya.

“Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya? Atau apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya.” (QS. Al-Furqan: 43-44)

Kaum muslimin yang dirahmati Allah

Keinginan ini bagian dari tabiat nafsu manusia. Lalu apakah nafsu harus dihilangkan? Tentu saja tidak. Sebab jika nafsu manusia dihilangkan, maka ia tidak sempurna sebagai manusia.

Karena kesempurnaan manusia itu jika ia memiliki akal dan sekaligus nafsu. Tugas kita adalah bagaimana nafsu sebagai potensi karunia Allah ini bisa dikendalikan.

Sebab jika nafsu tidak mampu dikendalikan ia mendorong kepada kejahatan. Kecuali nafsu yang telah mendapatkan rahmat dari Allah SWT.

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yusuf: 53)

Dari ayat ini kita bisa memahami bahwa kecenderungan nafsu adalah kepada keburukan. Orang yang tidak mampu mengendalikan diri dari nafsu lapar, maka ia akan melakukan segala cara, bahkan tidak peduli halal haram bagaimana supaya perutnya terisi.

Orang yang tidak mampu mengendalikan dari dari nafsu seksual, maka ia akan memiliki perilaku seksual yang menyimpang.

Demikian pula orang yang tidak mampu mengendalikan diri dari memperoleh jabatan, maka ia akan melakukan segala cara bagaimana supaya jabatan bisa diperolehnya, tidak peduli harus mendorong ke atas dengan cara menyogok atasan dan menginjak ke bawah dengan cara mengorbankan orang lain.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah

Marilah kita renungkan, kekhawatiran para Malaikat saat diberikan informasi oleh Allah SWT ketika akan menciptakan kholifah atau manusia di muka bumi.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.

Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?”

Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Baqarah: 30)

Apa yang dikhawatirkan oleh malaikat ini telah terjadi dari zaman awal manusia diciptkan hingga dewasa ini. Di antara faktor penyebabnya adalah karena ketidakmampuan manusia dalam mengendalikan nafsu.

Terjadinya pembunuhan di salah satu lembaga negara yang melibatkan pejabat dan anak buah di akhir-akhir ini, penyiksaan anak pejabat kepada pemuda lain yang menyebabkan tidak sadar hingga beberapa hari mengalami trauma, bahkan perang antarnegara yang juga tidak kunjung selesai menjadi bukti bahwa kekhawatiran malaikat betul terjadi adanya.

Jangankan urusan antar negara, dalam keluarga saja juga bisa terjadi perselisihan yang mengakibatkan saling membunuh. Misalnya perebutan waris dan lain sebagainya.

Lalu sampai kapan hal ini akan terjadi, mungkin juga sampai hari kiamat. Wallaahu a’lam. Namun, lihatlah bagaimana Allah SWT meyakinkan para malaikat tersebut melalui penutup ayatnya:

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Hal ini jika kita fahami, bahwa memang ada di antara manusia yang membuat kerusakan dan menumpahkan darah, namun masih banyak manusia yang berbuat baik karena kemampuan dirinya dalam mengendalikan nafsunya.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah

Puasa, sejatinya diperintahkan supaya kita terlatih untuk mengendalikan diri dari nafsu kita. Dalam berpuasa, jangankan hal yang haram tidak akan dimakan, hal yang halal saja bisa dihindari jika azan maghrib belum dikumandangkan.

Hal ini akan melatih pengendalian diri (self control) pada setiap mukmin menjadi lebih baik. Efek dari kemampuan mengendalikan diri dari nafsu inilah, maka manusia akan memiliki sifat menolong, berempati kepada orang lain, gemar berbuat baik serta melakukan kebaikan-kebaikan lainnya.

Bukan sebaliknya, yakni hanya mementingkan dirinya sendiri, berbuat kerusakan dan bahkan saling membunuh.

Tugas kita saat ini adalah bagaimana nilai-nilai puasa yang akan kita tunaikan selama ramadhan tahun ini mampu menjadikan kita sebagai pemenang sejati yakni hamba Allah yang bertakwa sebagai kunci bahagia dunia dan akhirat.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini