Mencari Nakhoda Baru Pemuda Muhammadiyah Jatim
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat menerima audiensi Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Banyuwangi. foto: itb-ad.ac.id
UM Surabaya

Tulisan ini terinspirasi saat acara kultural Sunatan anak Najih Prasetyo (Sekjen Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah) di rumahnya di Bangah, Taman Sidoarjo, 2 Juli 2023.

Acara itu dihadiri banyak aktivis dan senior aktivis Angkatan Muda Muhammadiyah (Pemuda Muhammadiyah, IMM, IPM, NA) Jatim.

Dalam acara tersebut, kami terlibat perbincangan gayeng, santai, penuh keakraban dan persaudaraan antar aktivis AMM.

Membahas beragam isu aktual Indonesia maupun Muhammadiyah yang sedang ramai menjadi perhatian masyarakat Indonesia.

Mulai isu Korupsi BTS Jhony G Plate Rp 8 T dan menyeret Dito Menpora yang diduga menerima dana 27 M.

Aliran sesat Syekh Panji Gumilang Pesantren Az-Zaitun yang dianggap menutupi kasus BTS yang ditengarai melibatkan orang-orang top di Indonesia.

Ada pula bahasan terkait siapa yang layak menjadi Presiden Indonesia 2024. Apakah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, atau Anies Baswedan?

Apalgi tensi politik sudah memanas, upaya saling menjatuhkan antar relawan tentu jika dibiarkan bisa berdampak berbahaya bagi bangsa ke depannya.

Ramainya isu politik bola terkait standardisasi Stadion Jakarta International Stadium (JIS) untuk Piala Dunia U-17, ada yang menyebut untuk menjatuhkan calon tertentu.

Ada yang nyeletuk tak kalah mengerikan, bahwa isu marak human trafficking (peradangan manusia) yang telah memakan banyak korban.

Kekerasaan sosio-seksual di dunia pendidikan dan keluarga (bayi hasil inses dibunuh) menghentak nurani kita.

Fenomena mutilasi seolah jadi tren pembunuhan di Indonesia, juga menjadi isu besar dan mengerikan.

Diskusi makin menghangat pada ketika membahas topik Musyawarah Wilayah (Musywil) Pemuda Muhammadiyah Jatim yang akan dilaksanakan di Banyuwangi, 14-16 Juli 2023.

Perhelatan tersebut rencananya dikuti 2.000 kader dari 38 Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) se-Jatim.

Dari hangatnya diskusi tersebut, saya menyeletuk, “Kira-kira siapa yang layak jadi nakhoda Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur ke depan?”

Sedang faktanya kita berada di tengah situasi masyarakat yang sedang sakit sosial, politik, hukum, budaya, agama, ekonomi. Situasi perilaku sosial anak muda yang ingin serba instan, hedon.

Ditambah masyarakat kita yang sedang masuk era disrupsi. Era yang serba cepat dan canggih, jika kita tidak siap bisa terlibas dan bablas.

Menggambarkan betapa kondisi dan situasi real masyarakat kita saat ini yang memang sedang sakit dan butuh obat penawar yang menyehatkan, bukan malah mematikan.

Sehingga, di sinilah peran dan posisi Pemuda Muhammadiyah Jatim sangat strategis dan ditunggu pergerakannya. Pemuda Muhammadiyah Jatim harus siap menghadapi dan ikut andil memberikan solusi strategis yang berkemajuan dan berkemanusiaan untuk Indonesia yang lebih maju dan berkeadaban.

Menurut saya, berdasarkan pengalaman sewaktu menjadi Sekretaris (2010-2014) dan Wakil Ketua (2014-2018) Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jatim, yang dibutuhkan dan harus dimiliki nakhoda baru PWPM Jatim ke depan minimal mempunyai tiga kemampuan pergerakan atau Tri Kompetensi Dasar Gerakan (TKDG).

Pertama, kompetensi religiositas. Kompetensi ini sebagai fondasi dan modal membangun moralitas “kebajikan” aktivis Pemuda Muhammadiyah dalam menghadapi dinamika pergerakan pemuda yang saat ini sedang tidak baik-baik saja dan tergerus dengan aksi yang kurang bermoral.

Salah satunya adalah cara berpikir kapitalistik sehingga menampilkan sikap publik gerakan yang hedonis dan elitis.

Sikap ini menjadikan aktivis Pemuda Muhammadiyah sering menabrak norma-norma keadaban politik dan cenderung suka mempertontonkan gaya hidup hedonis, ketimbang sikap hidup sederhana dan bersahaja seperti gaya hidup poro pemimpin Muhammadiyah masa lalu.

Kedua, kompetensi intelektualitas. Kompetensi ini sebagai fondasi dan modal aktivis Pemuda Muhammadiyah untuk membangun kapasitas keilmuan yang mumpuni.

Sehingga mereka diharapkan memiliki wawasan keilmuan keagamaan, sosial, politik, ekonomi, budaya, hukum dan teknologi informatika yang berkelas nasional dan internasional.

Hal ini menjadi penting di era pergerakan masyarakat yang serba global-digital, aktivis Pemuda Muhammadiyah harus tanggap dan segera menguasai piranti digital untuk membangun pergerakan Pemuda Muhammadiyah di aras global-digital.

Sehingga pergerakan keilmuan di kalangan aktivis Pemuda Muhammadiyah harus diperhatikan secara serius dengan mengintensifkan membangun tradisi membaca, diskusi, dan dialog dengan beragam elemen kebangsaan yang lain untuk saling tukar gagasan untuk membangun Indonesia yang lebih maju.

Ketiga, kompetensi humanitas. Kompetensi ini merupakan modal dan fondasi untuk membangun data kritis dan daya krisis aktivis Pemuda Muhammadiyah di era Disrupsi.

Daya kritis artinya pergerakan Pemuda Muhammadiyah harus merdeka secara pikiran dan gerakan dengan tidak menjadi underbow atau terkooptasi oleh kekuasaan.

Tetapi menjadi gerakan sosial mitra strategis-kritis dengan berkolaborasi bersama semua elemen masyarakat untuk membangun Indonesia yang lebih maju.

Daya krisis artinya aktivis Pemuda Muhammadiyah harus memiliki jiwa sosial (kesetiakawanan sosial) yang tinggi terhadap problem masyarakat lemah dan miskin.

Meminjam istilah “menangis bersama rakyat” dengan melakukan gerakan advokasi dan pemihakan sosial-politik terhadap kepentingan rakyat (mustadafin) yang termarjinalkan oleh kekuasaan. Sebagai bentuk aktualisasi dari Teologi Al Maun Muhammadiyah.

Terakhir, selamat bermusyawarah semoga mendapat nakhoda baru yang diridai Allah SWT, berjiwa progresif revolusioner (Al Maun), berwawasan nasional-global dan memiliki daya emong yang kuat. Fastabiqul Khairat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini