Oleh: Afifun Nidlom, S.Ag., M.H. M.Pd.
Wakil Sekretaris Majelis Tabligh PWM Jatim
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ اْلإِسْلاَمِ وَالتَّقْوَى. نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ الذي يُحْسِنُ لِلْمُتَّقِيْنَ الْعُقْبَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى أَيْضًا، يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dalam satu riwayat, khalifah Ali bin Abi Thalib membagi tipologi manusia berdasarkan karunia Allah yang berupa iman dan Alquran.
Riwayat ini termaktub dalam kitab Sunan ad Darimi sebagai berikut, “Di antara manusia ada yang hanya diberi iman dan tidak diberi Alquran. Di antara mereka ada yang hanya diberi Alquran dan tidak diberi iman.
Di antara mereka ada yang diberi Alquran dan iman. Di antara mereka juga ada yang tidak diberi Alquran dan tidak pula iman.
Kemudian ia membuat perumpamaan bagi mereka, ia berkata; adapun orang yang hanya diberi iman dan tidak diberi Alquran seperti buah Kurma yang rasanya manis namun tidak berbau harum, orang yang hanya diberi Alquran dan tidak diberi iman seperti tanaman Āsah yang harum namun rasanya pahit.
Orang yang diberi Alquran dan iman seperti buah Utrujah yang harum baunya dan rasanya manis.
Sedangkan orang yang tidak diberi Alquran dan tidak pula iman seperti tanaman Hanzhalah yang rasanya pahit lagi tanpa bau harum.”
Pemisalan oleh khalifah Ali bin Abi Thalib itu sesuai yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam riwayat al-Bukhari, Muslim dan para imam hadis lainnya.
Terdapat hal yang dapat memantik hati dan pikiran kita untuk tafakur. Pemisalan yang digunakan Rasulullah; iman dengan rasa, sedangkan Alquran dengan aroma.
Dalam bidang pengindraan, aroma hanya dari indra pencium, rasa, lebih banyak melibatkan indra.
Seseorang yang memiliki iman yang baik, ia akan memiliki cita rasa lezat. Bukan hanya bagi orang lain, bahkan yang paling mula merasakan lezatnya iman adalah diri pemiliknya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Para ulama menyatakan bahwa cita rasa lezatnya iman adalah ungkapan tentang rasa yang diperoleh, berupa kelezatan hati; senang, gembira dan semangat. Pemilik iman mendapati sesuatu yang dirasakan dalam hati mereka.
Ada lima indikator seseorang memperoleh kelezatan iman, hal ini kami rangkum dari pandangan Imam Zainuddin Muhammad biasa dipanggil Abdurrouf Tajul Arifin an-Manawi dalam kitab Faidl al-Qadir Syarkh al-Jami’ al-Shaghir, sebagai berikut:
1. Gembira dalam ketaatan (التلذذ في الطاعة)
Semakin banyak orang yang tidak dapat merasakan manisnya iman, atau nikmatnya beragama. Karena kegembiraannya pada dunia bukan pada ketaatan.
Gembira dalam urusan dunia melahirkan sifat lalai, sedangkan gembira dalam urusan akhirat melahirkan sifat taat. Allah telah mengingatkan hal tersebut dalam firman-Nya:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى
“Dan janganlah kamu terpesona oleh kesenangan-kesenangan yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan kafir pecinta dunia, kesenangan dunia sebagai bunga kehidupan, Kami jadikan sebagai ujian. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thaha: 131).
Ketaatan kepada Allah memberikan kemenangan yang besar, sesuai janji Allah SWT:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. al-Ahzab: 71).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
2. Tekun beribadah (إتقان العبادة)
Sering kali dalam beribadah kita dihinggapi sifat jenuh. Allah menyatakan beribadah itu berat, membutuhkan kesabaran dan kekhusyukan (QS. al-Baqarah: 45).
Maka untuk dapat merasakan nikmat dalam beribadah, harus terus mengikrarkan iman, Rasulullah SAW menyatakan:
ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولً
“Pasti merasakan hidangan iman, orang yang dalam dirinya ridla dengan Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Rasul.” (HR. Muslim).
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
“Dan dijadikan penyejuk hatiku ada dalam shalat.” (HR. Nasai).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
3. Mencintai ilmu untuk ketaatan kepada Allah
Banyak sekali ayat Alquran menyebutkan, perselisihan terjadi setelah mereka diberikan pengetahuan, ilmu yang tidak melahirkan ketaatan. Bagi orang yang imannya baik, ia haus ilmu dan ilmu yang diperoleh melahirkan ketaatan. Allah SWT menyatakan:
إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا
“Sesungguhnya orang-orang yang telah diberi pengetahuan sebelumnya, apabila dibacakan al-Quran kepada mereka, mereka menyungkur sambil bersujud.” (QS. al-Isra: 107).
Demikian pula yang disampaikan Rasulullah:
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang di kehendaki Allah kebaikan padanya, niscaya Dia memahamkannya dalam agama.” (HR. At-Tirmidzi).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
4. Nyaman bersama orang saleh
Di antara tanda keimanan adalah dapat merasa nyaman bergaul dengan orang-orang saleh. Sebagaimana firman Allah:
لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ وَلا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Janganlah sekali-kali kamu terpesona kepada kenikmatan dunia yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan orang kafir pecinta dunia, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. al-Hijr: 88).
5. Senang menerima nasihat dan dimintai nasihat
Tanda hidayah masuk adalah saat menerima nasihat kebaikan. Iman yang baik akan melahirkan hati yang lembut, sehingga mudah menerima nasihat.
Allah SWT menyatakan, ciri orang yang tidak akan merugi atau celaka adalah sikapnya saling nasihat menasihati.
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. al-‘Ashr: 1-3).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dari lima indikator di atas, kita dapat jadikan bahan evaluasi diri. Karena yang mengetahui capaian iman kita adalah diri kita masing-masing. Jika dari lima indikator tersebut masih ada yang belum pas dalam diri kita, maka artinya kita butuh melakukan perbaikan.
Bilamana semua kita telah mencapai dan mewujudkannya maka kita bersyukur kepada Allah SWT dan berupaya mempertahankan bahkan meningkatkannya.
Semoga khutbah yang singkat ini berguna dan bermanfaat untuk kehidupan kita bersama. Amiin.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالْآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ.
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News