Tahun baru Islam 1445 H telah dimulai, dan bagi umat Islam, momentum ini dianggap sebagai tonggak perjalanan yang berharga.
Tahun baru hijriyah ini memiliki arti mendalam, terutama dalam tiga dimensi keterlibatan hijrah: Dimensi Spiritual, Dimensi Psikologis, dan Dimensi Fisik.
Pertama, Dimensi Spiritual. Hijrah diartikan sebagai manifestasi ketundukan seseorang kepada Tuhan, yang erat kaitannya dengan perintah Allah dan contoh yang diajarkan Rasulullah SAW.
Ayat-ayat dalam Alquran mengandung pesan penting tentang hijrah, yang menekankan ketaatan dan kesetiaan kita sebagai hamba-Nya.
Dalam Alquran disebutkan: “Janganlah kamu jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 89).
Kedua, Dimensi Psikologis. Hijrah melibatkan kesiapan psikologis yang matang, termasuk keberanian untuk mengambil risiko dan mengorbankan kesenangan sesaat demi tujuan yang lebih mulia.
Proses meninggalkan kondisi yang awalnya nyaman secara finansial dan sosial bisa menjadi perjuangan berat secara kejiwaan bagi seorang individu.
Namun, bagi mereka yang telah mempersiapkan diri dengan tekad yang kuat, kesiapan psikologis ini menjadi bukti nyata bahwa mereka siap untuk berhijrah.
Ketiga, Dimensi Fisik. Sejarah hijrah Rasulullah SAW. dan para sahabat dari Makkah ke Madinah menggambarkan pengorbanan fisik yang besar.
Perjalanan yang berjarak ratusan kilometer, dihadapkan pada ketegangan dan risiko jasmani, merupakan contoh bagaimana fisik dan materi sering kali harus diperjuangkan dalam menuju perubahan hidup yang lebih baik.
Semua dimensi ini saling terkait dan tidak terpisahkan. Sebuah hadis dari Rasulullah SAW. yang diriwayatkan oleh Umar r.a. menegaskan pentingnya niat dalam hijrah.
Niat yang kuat akan menjadi landasan ideologis dalam mencapai tujuan akhir hijrah, karena hijrah membutuhkan pengorbanan fisik dan materiil, kesiapan mental psikologis, dan kekuatan iman.
“Dari Umar ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.
Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadis).
Tahun Baru Hijriyah pada 19 Juli 2023 Masehi menjadi momen berharga bagi umat Islam untuk memaknai kembali arti hijrah dalam tiga dimensi.
Harapannya agar ketaatan, kesiapan psikologis, dan kesiapan fisik dan materiil ini dapat membantu perjuangan umat Islam meraih rida Allah SWT.
Mudah-mudahan ketaatan dan kesiapan kita secara psikologis dan sekaligus kesiapan kita dalam berkorban secara fisik dan materiil menjadikan perjuangan menjadi mudah dan yang terpenting Mendapatkan rida Allah SWT. (*)
*) Ikhwan Ahada, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DI Yogyakarta,