Berkumpul bersama keluarga adalah salah satu dari kenikmatan dunia. Siapa yang tidak bahagia dan gembira ketika berkumpul bersama keluarga.
Momen bahagia yang tidak bisa digambarkan dan tidak bisa tergantikan dengan kawan atau pun sahabat.
Kita lihat contoh fenomena ketika momen Lebaran Idul Fitri, di mana kaum muslimin berusaha agar berkumpul bersama keluarga dengan segala upaya.
Misalnya menebus harga tiket yang mahal, perjalanan yang jauh, macet dan melelahkan serta halangan dan rintangan lainnya ketika safar untuk pulang kampung.
Semuanya ini dilakukan untuk bisa berkumpul bersama keluarga dan berbahagia bersama.
Perlu diketahui bahwa semua kenikmatan dan kebahagiaan yang diinginkan oleh manusia di dunia, akan ada di surga kelak.
Allah berfirman:
“Di dalam surga kamu memperoleh apa (segala kenikmatan) yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa (segala kenikmatan) yang kamu minta.” (QS. Fushshilat : 31)
Kesamaan tersebut hanya ada pada nama, akan tetapi kenikmatannya tentu berbeda, jauh lebih nikmat di surga.
Tentunya kenikmatan berupa berkumpul dan masuk surga bersama keluarga, juga telah disediakan oleh Allah.
Allah berfirman:
“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” (QS. Ar-Ra‘du : 23)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan maksud ayat ini bahwa Allah akan mengumpulkan seseorang bersama keluarganya, orang tua, istri dan anak- cucunya di surga.
Ini adalah dalil satu keluarga bisa masuk surga bersama. Beliau berkata, “Allah mengumpulkan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai di dalam surga yaitu orang tua, istri dan anak keturunan mereka yang mukmin dan layak masuk surga.
Sampai-sampai, Allah mengangkat derajat yang rendah menjadi tinggi tanpa mengurangi derajat keluarga yang tinggi agar berkumpul di dalam surga yang sama derajatnya.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Fasilitas yang Allah sediakan agar keluarga bisa masuk surga bersama, yaitu mereka akan saling tarik-menarik agar bisa masuk surga dan berada di dalam surga yang tingkatnya sama.
Hal ini Allah anugerahkan agar mereka bisa berkumpul bersama. Bisa jadi sang anak berada di surga tertinggi, sedangkan orang tua berada di surga terendah, maka sang anak mengangkat derajat orang tuanya ke surga yang lebih atas, demikian juga sebaliknya.
Anak bisa mengangkat derajat orang tua mereka, hal ini telah diketahui oleh kaum muslimin dengan banyak dalil. Misalnya anak sebagai amal jariah yang terus mendoakan orang tuanya.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya dan doa anak yang saleh” (HR. Muslim 1631)
Demikian juga derajat orang tua naik karena istigfar anaknya. Rasulullah saw bersabda:
“Sungguhnya seseorang benar-benar diangkat derajatnya di surga lalu dia pun bertanya, ‘Dari mana ini?’ Dijawab, ‘Karena istigfar anakmu untukmu.” (Sunan Ibnu Majah no. 3660)
Orang tua pun bisa menarik anaknya ke tingkatan surga yang lebih tinggi.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka. Tiap- tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath Thuur : 21)
Dalam Tafsir Jalalain hal. 535, Darus Salam dijelaskan, “Maksud dari ‘Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka’ yaitu, anak-cucu mereka kelak di surga, sehingga jadilah anak-cucu mereka sama derajatnya dengan mereka walau pun anak-cucu mereka tidak beramal seperti mereka, sebagai penghormatan terhadap bapak- bapak mereka agar bisa berkumpul dengan anak-cucu mereka (di surga kelak).”
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy menafsirkan, “Keturunan yang mengikuti mereka dalam keimanan maksudnya adalah mereka mengikuti keimanan yang muncul dari orang tua atau kakek-buyut mereka.
Lebih utama lagi jika keimanan muncul dari diri anak-anak keturunan itu sendiri. Allah akan mengikutsertakan mereka dalam kedudukan orang tua atau kakek buyut mereka di surga walaupun mereka sebenarnya tidak mencapainya (kedudukan anak lebih rendah dari orang tua), sebagai balasan bagi orang tua mereka dan tambahan bagi pahala mereka. Akan tetapi Allah tidak mengurangi pahala orang tua mereka sedikit pun.” (Tafsir Karimir Rahman hal. 780, Dar Ibnu Hazm)
Insya Allah kita semua bisa masuk surga bersama keluarga yang kita cinta. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News