Kedekatan dengan Allah dan Pertolongan Profetik
Ilustrasi foto: thewrap.com

Kedekatan hamba dengan Allah mendatangkan sesuatu yang di luar nalar sehat manusia. Bentuk kedekatan hubungan dengan Allah ditunjukkan dengan amalan-amalan kebaikan, sehingga mendatangkan pertolongan profetik.

Dalam sejarah perjuangan melawan orang-orang kafir, kaum muslimin mendapat kemenangan karena Allah membuat orang-orang kafir melihat jumlah kaum muslimin berlipat.

Hal ini disebabkan kedekatan hubungan kaum muslimin dengan Allah. Demikian pula yang terjadi pada sosok Maryam yang senantiasa beribadah dan melakukan pendekatan kepada Allah sehingga membuat Nabi Zakaria terheran-heran karena di kamar Maryam senantiasa terdapat buah-buahan yang datang dari langit.

Dengan kata lain, Allah akan menolong hamba-hamba-Nya yang melakukan pendekatan khusus dengan berbuat kebaikan.

Perang Badar

Sebelum perang Badar berkecamuk, kaum muslimin jumlahnya sangat sedikit, dan dalam keadaan tertindas. Jiwa dan fisik mereka terancam karena orang-orang kafir senantiasa melakukan ancaman dan penyiksaan kepada kaum muslimin.

Namun Nabi Muhammad berhasil memotivasi kaum muslimin untuk berbuat baik dan melakukan perbaikan. Mereka memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Allah. Hal inilah yang membuat Allah menolongnya pada saat perang Badar.

Dalam perang Badar jumlah kaum muslimin hanya seperempat dari jumlah kaum kafir. Peralatan senjata yang sangat minim membuat mereka dipandang remeh, sehingga orang-orang kafir semakin bersemangat untuk menghabisi kaum muslimin.

Namun kedekatan kepada Allah, membuat kaum muslimin hatinya semakin kokoh, semangatnya untuk memenangkan peperangan juga sangat kuat.

Hal inilah yang mendatangkan pertolongan Allah, dimana kaum muslimin terlihat berlipat jumlahnya. Hal dinarasikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:

قَدْ كَا نَ لَـكُمْ اٰيَةٌ فِيْ فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا ۗ فِئَةٌ تُقَا تِلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَاُ خْرٰى كَا فِرَةٌ يَّرَوْنَهُمْ مِّثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ ۗ وَا للّٰهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهٖ مَنْ يَّشَآءُ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّاُولِى الْاَ بْصَا رِ

“Sungguh, telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang berhadap-hadapan. Satu golongan berperang di jalan Allah dan yang lain (golongan) kafir yang melihat dengan mata kepala, bahwa mereka (golongan muslim) dua kali lipat mereka.

Allah menguatkan dengan pertolongan-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan (mata hati).” (QS. Ali ‘Imran : 13)

Allah menurunkan ribuan malaikat untuk membantu pasukan kaum muslimin, sehingga kaum kafir mati bergelimpangan. Sebagian besar dari mereka melarikan diri dan di antara mereka ditawan.

Kedekatan kaum muslim kepada Allah, mendatangkan kemenangan dan hal itu menjadi pintu masuk kemenangan pada perang-perang berikutnya.

Maryam dan Keajaiban

Kisah keajaiban tercatat dalam sejarah, di mana dia melahirkan anak tanpa sentuhan lekaki, dan bayi yang dilahirkan bisa berbicara saat dalam gendongan. Anak itu kelak menjadi rasul, dan oleh kaum Nasrani diakui sebagai Tuhan.

Mukjizat yang dialami Maryam tidak lain disebabkan oleh kedekatan Maryam kepada Allah. Dia melakukan ibadah sepanjang hari dan malam.

Dia tidak pernah keluar rumah, baik untuk bekerja atau main-main. Hari-harinya digunakan untuk beribadah dan ketaatan pada Allah.

Ketaatan ibadah inilah yang membuat hubungannya dengan Allah semakin spesial. Hal inilah yang membuat dirinya tercukupi kehidupannya. Buah pun didatangkan Allah langsung ke kamarnya.

Tentu saja peristiwa ini membuat pengasuhnya, Nabi Zakaria terheran-heran. Sebagai pengasuh tidak pernah mengirim buah itu, dan buah itu tidak musim pada saat itu. Maka Nabi Zakaria pun bertanya kepada Maryam, dari mana buah itu.

Maryam pun menjawab bahwa buah itu dari Allah. Alquran menarasikan hal itu sebagaimana firman-Nya:

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُوْلٍ حَسَنٍ وَّاَنْۢبَتَهَا نَبَا تًا حَسَنًا ۙ وَّكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۗ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَا بَ ۙ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۚ قَا لَ يٰمَرْيَمُ اَنّٰى لَـكِ هٰذَا ۗ قَا لَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَآءُ بِغَيْرِ حِسَا بٍ

“Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya.

Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.” (QS. Ali ‘Imran :  37)

Pertolongan Allah akan hadir ketika hamba-hamba-Nya melakukan amal kebaikan, baik amalan pribadi atau amalan sosial. Ketika umat Islam saat ini menghadapi problem sosial yang sangat kompleks, maka pendekatan yang baik kepada Allah tentu sangat dibutuhkan.

Problem seperti pemimpin yang tidak amanah dalam memegang jabatan, sehingga terjadi korupsi kolektif, utang negara yang melilit. Kondisi ini semakin memburuk ketika ulama dan pemimpin-elite Islam tidak melakukan perbaikan dan manasihati.

Hal ini berujung pada marginalisasi politik umat Islam, hingga lemahnya daya beli masyarakat. Ekonomi masyarakat menurun, hingga berdampak munculnya penderitaan kolektif dan dan kesengsaraan sosial.

Kondisi ini bukan hanya menjauhkan bantuan Allah, tetapi justru akan Allah kirim berbagai musibah dan bencana karena abainya manusia untuk melakukan kebaikan dan perbaikan sosial.

Kerusuhan dan kekacauan merupakan akibat buruk ketika elite dan rakyat tidak bersinergi dalam melakukan kebaikan.

Ketika elite politik menyimpangkan kekuasaan dan rakyatnya berdoa keburukan pada elite pemimpinnya, itulah tragedi besar karena Allah membiarkan dan tidak ikut campur tangan untuk menolong hamba-hamba-Nya yang kufur atas berbagai nikmat yang dianugerahkan kepada mereka. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini