Robert W. Hefner, pengamat Islam asal Boston University Amerika Serikat, menyebut ada geliat menarik dalam perkembangan dunia global dalam melihat Islam, umat Islam, dan studi Islam di Indonesia dalam dua dekade terakhir.
Jika sebelumnya posisi Islam di Indonesia dianggap pinggiran oleh dunia Barat dan sebagian dunia muslim, belakangan pengakuan terhadap kualitas muslim Indonesia mulai berubah lebih apresiatif. Termasuk kepada kekayaan khazanah Islam dan intelektual Islam di Nusantara.
“Yang dulu di sebagian dunia barat, dan sebagian besar dunia muslim Indonesia dianggap agak pinggiran, sekarang semakin banyak orang tahu bahwa Indonesia yang mayoritas muslim punya khazanah intelektual, tradisi organisasi massa muslim yang terus terang saja yang paling bagus di seluruh dunia, apalagi kalau menyangkut pendidikan Islam,” ungkapnya.
Dalam forum peluncuran buku Filsuf Membumi dan Mencerahkan: Menyemai dan Menuai Legacy Pemikiran Amin Abdullah oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Jumat (28/7/2023), Hefner menilai kualitas lembaga pendidikan Islam milik negara (UIN) dan Muhammadiyah bahkan telah bersaing di dunia internasional.
“Kesan saya bahwa perguruan tinggi seperti UIN, IAIN, dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah memang luar biasa, exceptional. Jadi tidak seperti yang dibayangkan kemarin dulu bahwa Indonesia meskipun mayoritas muslim adalah umat pinggiran atau bahkan disebut sinkretis,” terang dia
Kesan tersebut, menurutnya dia peroleh setelah melancong ke berbagai selama 15 tahun terakhir dalam aktivitasnya sebagai seorang antropolog dan pekerja akademik.
“Yang saya amati 15 tahun terakhir ini adalah sebuah perubahan mendasar bahwa di luar negeri, di negara-negara Barat di mana Islamic Studies diselenggarakan, di antaranya Turki, Mesir, Maroko, ada sebuah pengakuan bahwa sebetulnya kualitas cendekiawan muslim Indonesia tidak kalah. Bahkan dengan negara-negara mayoritas muslim yang lain ada semacam revitalisasi yang luar biasa,” papar Hefner.
Muhammadiyah sendiri, ujar Hefner, juga memainkan peranan penting dalam mengubah wajah Islam Indonesia di dunia internasional, baik melalui lembaga pendidikan tinggi yang dimiliki, maupun lewat para aktor intelektualnya seperti Prof. Amin Abdullah, mantan Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah tahun 1995-2000.
Amin Abdullah, menurutnya tidak saja berhasil mengusahakan revitalisasi gagasan pendidikan dan filsafat Islam yang berguna bagi perkembangan studi tersebut di Indonesia, namun juga berhasil mengaktualisasikannya lewat penciptaan kurikulum yang mengedepankan interkoneksi berbagai disiplin ilmu pengetahuan dengan prinsip-prinsip maqashid syariah.
“Saya setuju, sangat setuju dan sangat menghargai upaya orang Muhammadiyah sejak dulu, dan upaya-upaya yang dilakukan terutama oleh Pak Amin Abdullah selama 15 tahun terakhir untuk menafsirkan kembali maqashid syariah yang sudah berusia lebih dari seribu tahun sejak As Syatibi agar dia bisa hidup dan diterapkan secara efektif baik dari segi teoritis maupun segi pendidikan tinggi Islam yang dikembangkan,” ujarnya. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News