Makna surat al-Ma’un yang menjadi landasan didirikannya Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan perlu diresapi dan diaktualisasikan. Pasalnya, makna surat al-Ma’un sangat erat dengan kerja-kerja nyata dakwah kesejahteraan sosial.
Kalau kita ingat, pertama kali KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah berbasis surat al-Ma’un. Bagaimana KH Ahmad Dahlan mendorong para muridnya untuk mengimplementasikan surat al-Ma’un dengan amal nyata.
Landasan teologis yang diletakan oleh KH Ahmad Dahlan itu bukan menumpuk pada ingatan pengetahuan, melainkan diaktualisasikan dalam karya dan bentuk nyata.
Al Ma’un menjadi landasan Persyarikatan Muhammadiyah memberikan pelayanan dan kebermanfaatan bagi seluruh kelompok dhuafa’-mustadháfin. Ini bukti nyata menjalankan program, tidak hanya teori tetapi berbasis bukti.
Dari Teologi al-Maun, ada tiga pilar yang harus diketahui. Pertama, healing atau pelayanan kesehatan. Kedua, schooling yaitu pelayanan kepada pendidikan. Ketiga, feeding atau pelayanan sosial dan ini semua menurutnya sudah dilakukan Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS).
Jadi bisa dikatakan dari semua majelis yang ada di Aisyiyah itu, MKS ini yang paling lengkap pelayanannya.
Dari pelayanan terhadap anak, anak yang mengalami kekerasan seksual, anak yang berhadapan dengan hukum, lansia, disabilitas ini sangat lengkap dari segi pelayanan fisik, sosial.
Dan tentunya MKS bekerja sama dengan majelis lembaga lainnya agar lebih komprehensif serta secara eksternal berkolaborasi dengan pemerintah.
Dari Rakernas ini harapannya dapat muncul dan ditetapkan berbagai kebijakan program pasca Muktamar yang dapat segera direalisasikan di seluruh Indonesia.
Sehingga program bisa nyata dirasakan di masyarakat dan Muhammadiyah-Aisyiyah harus hadir sebagai problem solver untuk bisa membantu menyelesaikan masalah-masalah yang ada. (*/tim)
(Disampaikan Ketua Umum PP Aisyiyah Salmah Orbayinah dalam Rakernas Majelis Kesejahteraan Sosial di Yogyakarta yang berlangsung 28-30 Juli 2023)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News
