700 Ribu Mahasiswa Muhammadiyah Terintegrasi dalam Satu Rumpun
Ribuan mahasiswa baru UMS mengikuti grand opening Masta PMB di Edutorium KH Ahmad Dahlan. foto: inews
UM Surabaya

Bagi mahasiswa yang kuliah di Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA) dimana pun akan secara otomatis berjejaring atau memiliki jaringan dengan 173 (PTMA) di seluruh Indonesia, bahkan juga di Malaysia.

Hal itu ditegaskan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir dalam agenda Grand Opening Masta Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) secara daring, Selasa (1/8/2023).

Haedar mengatakan, mahasiswa di seluruh PTMA berada dalam satu rumpun Persyarikatan Muhammadiyah.

Bahkan karena jaringannya yang luas tersebut, mahasiswa Muhammadiyah menyumbang 10 persen dari total mahasiswa Indonesia.

Sebab jika dikalkulasikan jumlah mahasiswa Muhammadiyah yang tersebar di 172 PTMA mencapai kurang lebih 700.000 mahasiswa. Ratusan ribu mahasiswa tersebut terintegrasi dalam satu rumpun.

“Karena itu kalian tidak hanya berada di dalam satu kampus tetapi kalian berada di satu rumah besar kampus-kampus Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Tanah Air,” jelas Haedar.

Oleh karena itu, sebagai mahasiswa Muhammadiyah tidak boleh berkecil hati. Haedar berpesan supaya kesempatan belajar di PTMA untuk menimba wawasan, berinteraksi secara luas, serta berpaham Islam yang Berkemajuan, dan berilmu yang melintas batas.

“Bukan hanya pembelajar ilmu tapi juga menjadi orang yang mendidik diri insan yang kamil, insan yang utuh, insan yang sempurna selain berilmu dan berkeahlian tapi juga beriman dan berakhlak mulia,” terang Haedar.

Guru Besar Bidang Sosiologi ini menegaskan, mahasiswa Muhammadiyah tidak cukup hanya berilmu, namun lemah dalam akhlak.

Dalam hematnya, berilmu saja di era sekarang dan masa depan akan menyebabkan prahara di muka bumi.

“Sehebat-hebat sebuah bangsa sehebat-hebat manusia dengan ilmunya di akan menjadi masalah bagi kehidupan jika akhlaknya rusak, jika tidak berkeadaban. Perang dan seluruh prahara di muka bumi ini terjadi karena banyak orang berilmu menguasai teknologi, cerdas tetapi tidak berkeadaban,” kata Haedar.

Menurutnya, ilmu dan akhlak akan melahirkan keadaban. Tidak cukup sampai di situ, mahasiswa Muhammadiyah juga diharapkan mempelajari nilai benar dan baik, serta nilai luhur. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini