Jumah Mubarakh
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.
Di dalam Alquran, Allah memuji orang orang yang ikhlas. Mereka tidak menghendaki dari amalnya tersebut, kecuali wajah Allah dan keridaanNya.
Tidak terpengaruh dengan apa-apa yang berada dibalik keridaan dan pujian manusia. Mereka adalah orang-orang yang berbuat kebajikan, menolong orang lain dan memberi makan karena mengharap wajah Allah.
Mereka tidak mengharapkan balasan dan ucapan terima kasih dari seorang pun. Di antara mereka, ada yang berinfak mencari keridaan Allah.
Rasulullah saw disuruh bersabar bersama orang-orang yang selalu berdoa kepada Allah karena mengharap wajah-Nya
Mereka itulah yang disebutkan Allah dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan, minum dari gelas
(berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga); yang dari padanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya.
Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata dimana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.
Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Sesungguhnya kami takut akan azab (yang datang) dari Rabb kami, pada suatu hari; yang (pada hari itu orang-orang bermuka) masam, penuh kesulitan”. (QS. Al-Insan : 5-10)
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat.
Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (QS. Al-Baqarah: 265)
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharap perhiasan kehidupan dunia ini.
Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya, dan adalah keadaannya itu melewati batas”.
(QS. Al-Kahfi : 28)
Seseorang yang ikhlas dan beramal karena Allah, maka di dunia dia akan dapat bertawasul kepada Allah dengan amalnya yang ikhlas karena Allah itu, agar dia selamat dari setiap kesulitan dan kesusahan serta musibah yang menimpanya.
Di dalam hadis sahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari sahabat Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, dikisahkan tentang tiga orang yang terpaksa bermalam di dalam gua, kemudian tiba-tiba ada sebuah batu besar jatuh dari atas gunung hingga menutup pintu gua itu.
Lalu mereka berkata, bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka, melainkan mereka harus berdoa kepada Allah dengan (menyebutkan) amal mereka yang paling salih.
Kemudian mereka menyebutkan amal mereka masing-masing yang ikhlas karena Allah, agar batu itu bergeser dan mereka dapat keluar. Dengan pertolongan Allah, mereka dapat keluar dari gua tersebut.
Nabi Yusuf alaihissallam selamat dari godaan wanita yang akan menjerumuskannya pada perzinaan disebabkan pertolongan Allah Azza Wa Jalla dan keikhlasannya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu, andaikan dia tidak melihat tanda (dari) Rabb-nya.
Demikianlah agar kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba Kami yang terpilih”. (QS. Yusuf : 24). (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News