*) Oleh: Fauzan Anwar Sandiah
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُم ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Jamaah salat Jumat yang berbahagia
Puji syukur kita haturkan kepada Allah Swt atas limpahan kasih sayang, rahmat, dan karunia yang tidak pernah berhenti sedetik pun kepada kita sekalian. Sungguh Maha Besar Kekuasaan Allah atas seluruh lapisan langit dan alam semesta.
Allah-lah yang menciptakan dan menjaga segala ketertaturan yang ada di alam raya ini. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabat. Nabi Muhammad adalah teladan kita dalam mengarungi kehidupan agar selamat di dunia dan di akhirat.
Jamaah salat Jumat yang berbahagia
Islam adalah agama yang komprehensif, menyediakan inspirasi bagi para pemeluknya untuk menjalani hidup mulai dari persoalan terkecil dan sehari-hari hingga ke persoalan yang sangat kompleks untuk masa depan.
Hal ini barangkali, sebagaimana dinyatakan oleh seorang peneliti kajian agama-agama yang terkemuka bernama Karen Amstrong, bahwa Islam mengetengahkan suatu ajaran yang tidak sekadar estetis tapi rasional. Misalnya, melalui kitab suci Alquran, umat muslim didorong untuk memajukan ilmu-ilmu alam.
Oleh karena itulah, menurut Karen, Islam senantiasa mengajak pemeluknya untuk mengimani Allah melalui fenomena alam yang ilmiah daripada keajaiban supranatural. Dalam surat Yusuf ayat 6, Allah berfirman:
إِنَّ فِى ٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ ٱللَّهُ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَّقُونَ
“Dalam pergantian malam dan siang, dan dalam apa yang Allah ciptakan di langit dan bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang bertakwa (yang menyadari kehadiran-Nya)”.
Jamaah salat Jumat yang dirahmati Allah
Salah satu inti ajaran Islam adalah menegakkan keadilan. Keadilan dalam hal apa pun, mulai dari menegakkan keadilan sosial, ekonomi, politik hingga keadilan ekologis.
Dalam surat ar-Rahman ayat 5-10 Allah berfirman yang artinya: “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan; Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya; Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan); Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu; Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”
Allah SWT melalui surat ar-Rahman ayat 5-10 mengetengahkan satu prinsip fundamental, yakni bahwa ada keseimbangan (mizan) yang berkeadilan yang mengatur segala sesuatu. Dan manusia harus menyadari adanya keseimbangan tersebut dengan penuh rasa syukur serta mawas diri untuk tidak melampaui batas.
Sebab, yang menjaga faktor kunci kelangsungan kehidupan umat manusia adalah ketetapan keseimbangan yang telah ditentukan oleh Allah Swt. Sehingga, jika manusia melanggar batasan tersebut, maka manusia akan jatuh dalam kesesatan dan kebinasaan.
Jamaah salat Jumat yang dirahmati Allah
Prinsip keseimbangan yang berkeadilan (mizan) menjadi sangat penting bagi kehidupan manusia modern. Terutama terkait dengan pola konsumsi manusia atas energi sebagai suatu sumber daya kehidupan yang sangat vital dan menentukan.
Akan tetapi, pola konsumsi tersebut juga tidak terelakkan lagi menimbulkan dampak merusak yang sangat dahsyat jika melampaui ambang batas keseimbangan ekologis.
Berbagai kajian mutakhir telah menunjukkan dampak malapetaka bahan bakar fosil seperti batu bara bagi manusia, mulai dari penurunan kualitas kesehatan, kehidupan ekonomi, hingga keberlangsungan lingkungan hidup.
Sebuah studi komprehensif berjudul The Human Cost of All yang terbit tahun 2015 menyatakan bahwa pendayagunaan energi fosil seperti batu bara telah menjadi penyebab kematian terhadap 6.500 jiwa di Indonesia.
Kesimpulan semacam ini sesungguhnya bukanlah hal baru. Sejak dekade 1970-an, energi fosil seperti batu bara telah dikaitkan dengan kemunculan penyakit paru-paru hitam dan berbagai penyakit berbahaya.
Kendati telah diketahui berbagai dampak buruk penggunaan energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi terhadap keberlangsungan makhluk hidup di planet bumi, belum terjadi perubahan ke arah lebih baik.
Akibatnya, peningkatan suhu planet bumi berlangsung sangat cepat dalam 50 tahun terakhir dan menghasilkan dampak sistemik terhadap ekosistem kehidupan umat manusia dan makhluk hidup.
Alquran telah berulang-ulang secara tegas melarang tindakan pengrusakan lingkungan. Bahkan, watak yang pertama-tama dicela adalah “orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi”, mereka disebut sebagai “orang-orang tersesat” yang sering kali mengaku atau merasa “mengadakan perbaikan di bumi” tapi kenyataannya adalah orang-orang yang mengadakan kerusakan. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 11-12:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ قَالُوٓا۟ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
أَلَآ إِنَّهُمْ هُمُ ٱلْمُفْسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشْعُرُونَ
“Dan bila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’. Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan’. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar.”
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
***
Jamaah salat Jumat yang berbahagia
Islam memerintahkan kita untuk turut berikhtiar menjaga keseimbangan bumi sehingga kehidupan umat manusia dan makhluk hidup dapat terhindar dari malapetaka. Salah-satunya adalah dengan mendorong adanya perubahan dalam pola konsumsi energi.
Saat ini, berbagai riset di bidang energi terbarukan tengah dikembangkan. Di beberapa negara juga tengah diupayakan agar tidak bergantung dengan satu jenis sumber energi yang tinggi karbon dan tinggi risiko.
Mereka mulai memanfaatkan tenaga surya, tenaga angin, atau tenaga air sebagai sumber energi listrik. Di Indonesia, beberapa masjid pun sudah ada yang mulai menggunakan panel surya sebagai sumber energi listrik.
Berbagai inovasi di bidang teknologi untuk mendukung terwujudnya energi berkeadilan tentu selaras dengan perintah Allah dalam surat al-Qashash ayat 77 yang berbunyi:
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِين
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Islam memperbolehkan manusia untuk memanfaatkan segala apa yang telah tersedia di bumi. Tetapi, satu syarat utama yang tidak boleh dilewatkan adalah tidak menghasilkan kerusakan dan jangan melampaui batas.
Prinsip ini menyatakan secara jelas bahwa pendayagunaan energi sangat diperbolehkan selama tidak menghasilkan kerusakan dan menjerumuskan nasib planet bumi menuju ambang batas keseimbangan ekologisnya.
Inilah yang disebut sebagai petunjuk Islami menuju cara pendayagunaan energi dengan memanfaatkan sumber dan tata cara yang berkeadilan.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
(Naskah khotbah Jumat ini juga dimuat di muhammadiyah.or.id)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News