UAD Punya Observatorium, Jendela Menggali Keajaiban Alam Semesta

Observatorium Universitas Ahmad Dahlan (UAD) diresmikan, Jumat (11/8/2023). Observatorium ini menandai tonggak penting dalam perjalanan Pusat Studi Astronomi UAD (Pastron UAD) yang telah aktif sejak tahun 2014.

Hadir dalam peresmian Ketua PP Muhammadiyah Syamsul Anwar. Dengan peresmian ini, Observatorium UAD hadir dengan berbagai fasilitas unggulan yang mampu memfasilitasi penelitian dan pembelajaran astronomi.

Observatorium ini terdiri dari beberapa ruangan fungsional yang mendukung berbagai kegiatan terkait pengamatan langit. Terdapat beberapa ruangan yang dapat dikunjungi para pecinta angkasa, baik yang amatir maupun profesional.

Ruang Kendali menjadi tempat pelatihan dan penyampaian materi mengenai observatorium, sekaligus menjadi pusat kendali untuk teleskop utama.

Sementara Ruang Workshop menjadi tempat kreativitas dalam pembuatan dan perawatan alat-alat observatorium. Ruang Galeri, di sisi lain, menyuguhkan alat peraga astronomi yang dapat diakses oleh mahasiswa dan pengunjung.

Salah satu fitur utama Observatorium UAD adalah kubah observatorium berbentuk setengah bola yang menampung teleskop utama berukuran besar, jenis planewave.

Teleskop ini memiliki diameter 17 inch dan telah dilengkapi dengan sistem kamera yang terpasang dan diatur dari Ruang Kendali. Observatorium juga melengkapi diri dengan Taman Angkasa, tempat yang memfasilitasi pengamatan dan penelitian dalam bidang astronomi.

Kepala Pastron UAD Yudhiakto Pramudya, menyatakan bahwa Observatorium UAD bukanlah semata bangunan fisik, melainkan sebuah jendela untuk menggali keajaiban alam semesta yang dihadiahkan oleh Allah.

“Kami berharap melalui fasilitas ini, pengetahuan astronomi dapat tersebar luas ke berbagai kalangan, dari anak-anak hingga dewasa. Kolaborasi lintas disiplin keilmuan akan membawa pemahaman yang lebih mendalam tentang alam semesta,” ujarnya.

Rektor Dr UAD Muchlas MT mengungkapkan, kehadiran Observatorium UAD diharapkan mampu meningkatkan atmosfer akademik di lingkungan kampus.

Kolaborasi antara akademisi, mahasiswa, dan masyarakat diharapkan akan melahirkan pemahaman yang lebih holistik tentang alam semesta.

Observatorium UAD dengan segala fasilitasnya diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan ilmu astronomi yang inklusif, membawa cahaya pengetahuan kepada masyarakat luas, dan menginspirasi generasi mendatang untuk menjelajahi keindahan dan rahasia alam semesta.

Kalender Islam Global

Sementara itu, Syamsul Anwar mengatakan bahwa Muhammadiyah telah mengatasi kritik yang dulu melandanya. Sepuluh tahun lalu, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah banyak dikritik karena hanya mengandalkan perhitungan astronomis (hisab) dengan medium kertas, tanpa alat pengamatan astronomis yang konkret.

Syamsul mengakui bahwa kritik-kritik tersebut menggugah Muhammadiyah untuk terus berkembang.

“Kritik seperti itu banyak dilontarkan sehingga muncul anggapan bahwa Hisab Hakiki Wujudul Hilal telah usang. Tapi kini kritik itu sudah tidak berlaku lagi, bahkan Muhammadiyah telah diapresiasi dalam kajian-kajian ihwal astronomi,” katanya

Syamsul menegaskan, kontribusi UAD bagi Majelis Tarjih sangat besar, khususnya dalam pengembangan kajian astronomi. Kehadiran Pastron UAD memberikan dorongan yang kuat dalam mendukung Majelis Tarjih. Kajian-kajian mengenai astronomi bukan hanya menjadi perkara ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki dampak besar bagi agama Islam.”

“Saat ini, Majelis Tarjih tengah bersiap meluncurkan Kalender Islam Global sebagai respons terhadap tantangan dunia global saat ini. Proses tersebut tentu memerlukan uji coba lapangan yang akurat dan terpercaya, yang juga akan melibatkan observatorium sebagai alat bantu,” jelasnya.

Syamsul menambahkan, alasan mengapa Kalender Islam Global begitu penting. Menurutnya, umat Islam saat ini semakin terhubung dan berinteraksi di berbagai belahan dunia, sehingga diperlukan sistem kalender yang dapat merangkul keragaman geografis dan keberagaman budaya.

Kalender ini, kata dia, akan membantu mengatasi kesulitan yang sering muncul, seperti perbedaan tanggal awal Ramadan atau Hari Raya lainnya antara negara-negara Islam.

“Dunia yang kita tinggali saat ini telah global, tapi kalender kita masih lokal. Ini suatu keanehan. Kalau di zaman dulu, orang India lebaran hari Senin dan Mesir lebaran hari Ahad, mereka tidak saling tahu. Tapi sekarang, dunia telah menyatu sehingga informasi begitu cepat didapat,” tutur Syamsul.

Namun, langkah mewujudkan Kalender Islam Global ini bukanlah hal yang sederhana. Dibutuhkan kerja keras, penelitian mendalam, serta kolaborasi lintas disiplin ilmu untuk menghasilkan Kalender Islam Global yang akurat dan dapat diandalkan.

Majelis Tarjih saat ini masih dalam tahap sosialisasi. Rencananya Kalender Islam Global akan segera diterapkan jelang 100 tahun—berdasarkan hitungan Hijriyah—usia Majelis Tarjih pada tahun depan.

Dalam era globalisasi ini, Muhammadiyah membuktikan bahwa ia mampu beradaptasi dan menghadapi tantangan dengan langkah-langkah nyata.

Observatorium UAD dan langkah-langkah lainnya dalam pengembangan astronomi membuktikan komitmen Muhammadiyah dalam menjembatani ilmu pengetahuan dan agama, serta memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat dan dunia Islam secara keseluruhan. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini