Mau tahu penyebabnya? Dan kenapa salatnya, puasanya, sedekahnya, dan semua ibadahnya tidak bisa membawa dia ke surga?
Dalam satu kesempatan, ada sahabat yang bertanya kepada Baginda Nabi Muhammad saw:
إِنَّ فُلَانَةَ تَقُومُ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ، وَتَفْعَلُ، وَتَصَدَّقُ، وَتُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا
“Sesungguhnya Fulanah melakukan ibadah malam dengan rutin, ia juga bersedekah, tapi ia menyakiti tetangga-tetangga dengan mulutnya.”
Rasul kemudian menjawab:
لَا خَيْرَ فِيهَا، هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ
“Ia tak punya kebaikan sama sekali. Dia termasuk ahli neraka.”
قِيلَ: وَفُلَانَةَ تُصَلِّي الْمَكْتُوبَةَ، وَتَصَدَّقُ بِالْأَثْوَارِ وَلَا تُؤْذِي أَحَدًا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هِيَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Rasul ditanya lagi, si Fulanah itu salat hanya yang wajib-wajib saja. Dia menyedekahkan beberapa potong roti keju, namun dia tidak pernah menyakiti hati tetangganya.
Rasul kemudian menjawab, ‘Dia termasuk ahli surga’.” (Lihat: Al-Baihaqi, Syu’abul Îmân, [Maktabah ar-Rusyd, Riyadl, 2003], juz 12, halaman 94).
Hadis di atas dapat memberikan pemahaman kepada kita bahwa pintu surga tidak hanya terbuka melalui satu jalan ibadah vertikal saja.
Tapi harus dikomparasikan dengan hubungan baik secara horizontal. Ibadah malam, berpuasa di siang hari itu sangat baik apabila dibarengi dengan hubungan sosial yang bagus. Terutama dalam masalah bertetangga.
Jadi, istilah mulut jahat hati baik itu jelas tidak ada. Karena jika hati kita baik pasti lisan kita juga akan ikut baik.
Hati-hati berbicara. Sebisa mungkin kita jangan sampai menyakiti perasaan hati orang lain dengan lisan kita.
Tabiat suka menceritakan aib dan keburukan orang lain itu sebenarnya menampakan siapa diri kita yang sebenarnya.
Karena air (ucapan) yang keluar dari mulut teko (mulut) itu bergantung bersih dan tidaknya air yang ada di dalam teko (hati). (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News