Kesabaran di Atas Jalan Profetik dan Kemuliaan Hidup
foto: blogspot
UM Surabaya

Beban yang dipikul oleh para peniti jalan profetik sangat berat. Namun akhir kehidupan mereka terangkat derajatnya sehingga menjadi hamba yang mulia.

Kemuliaan hidup mereka yang menapak tilas nilai-nilai kenabian akan diperbincangkan oleh generasi berikutnya.

Sekelompok pemuda yang berdiam dalam gua karena berpegang teguh tauhid merupakan contoh generasi yang kuat dalam menanggung beban, dan Allah pun menolongnya dan mengangkat derajatnya.

Mush’ab bin Umair merupakan sosok pemuda yang berpegang teguh pada keyakinannya, meskipun harus menanggung beban berat, dengan melepas fasilitas yang selama ini diberikan ibunya.

Allah memuliakan hamba-Nya yang sabar meniti jalan profetik dan menjadi perbincangan yang baik bagi generasi sepeninggalnya.

Pemuda Kahfi

Kesabaran para pemuda dalam memegang teguh nilai-nilai tauhid berbuah manis. Hal ini karena pertolongan Allah terhadap hamba-Nya yang memegang nilai-nilai tauhid.

Alquran menggambarkan sekelompok pemuda yang memegang teguh nilai-nilai tauhid. Sebelumnya, mereka hidup dalam kemewahan dan penuh fasilitas yang menyenangkan. Namun mereka berani keluar dari ritual penyembahan berhala.

Para pemuda itu sadar bahwa menyembah berhala merupakan jalan yang tak sesuai dengan akal sehat. Betapa tidak, manusia yang mulia harus menyembah patung yang tidak memiliki kekuatan apa-apa.

Alih-alih menolong orang lain, menolong dirinya sendiri saja, berhala itu tidak mampu melakukannya.

Karena berpegang teguh pada tauhid itulah mereka dipersekusi dan diancam akan dibunuh. Mereka pun meninggal tempat tinggalnya dan bersembunyi di suatu gua.

Allah pun melindungi sekelompok pemuda itu dari kejaran para pembunuh. Allah mengabadikan doa mereka yang meminta petunjuk atas urusan mereka yang sangat pelik. Alquran mengabadikan hal itu sebagaimana firman-Nya:

اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْـكَهْفِ فَقَا لُوْا رَبَّنَاۤ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَـنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا

“(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.” (QS. Al-Kahf : 10)

Atas doa itu, Allah pun mempermudah urusan mereka. Mereka hidup dalam ketenangan hingga ditidurkan Allah.

Di dalam gua itu mereka tidak mendapat gangguan dari pihak manapun. Mereka ditidurkan selama 309 tahun hingga masyarakat yang mengejar-ngejar mereka berganti generasi.

Itulah kekuasaan Allah yang mempermudah urusan mereka dengan memberi petunjuk terbaik. Hal ini diabadikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَ هُمْ بِا لْحَـقِّ ۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًى

“Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka,” (QS. Al-Kahf : 13)

Keteguhan dalam meyakini bahwa Allah sebagai Dzat yang patut diagungkan dan disembah.

Mereka meyakini bahwa Allah sebagai Maha Pencipta dan Pemelihara alam semesta, serta Pemberi kehidupan bagi seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi ini.

Mush’ab bin Umair

Apa yang dialami Mush’ab bin Umair hampir mirip dengan para pemuda Al-Kahfi. Dia memiliki wajah yang tampan dan hidup dalam kemewahan. Ibunya sangat mencintainya.

Digambarkan begitu besar kecintaan pada Mush’ab bin Umair, ibunyanya menyediakan dan memberi seluruh kebutuhannya.

Mulai dari makanan dan pakaian, Mush’ab bin Umair diberikan ibunya, hingga ketika lewat di suatu jalan, bau minyak wangi Mush’ab bin Umair tercium.

Begitu mengenal Islam, Mush’ab bin Umair bersungguh-sungguh dalam memegang teguh nilai-nilai tauhid. Atas keyakinan yang baru itu, ibunya mengetahuinya hingga mengancam akan melepas segala fasilitas yang selama ini diperolehnya.

Mush’ab bin Umair benar-benar kokoh mengikuti Islam, hingga meninggalkan ibunya dan segala fasilitas yang pernah dinikmatinya.

Mush’ab bin Umair pun hanya memakai baju kasar dan rela tinggal di masjid bersama para sahabat lain yang hidup dalam keterbatasan.

Allah pun menggambarkan bagaimana hidup Mush’ab bin Umair yang penuh dengan kekurangan. Dia hidup sabar bersama para sahabat yang hidup dalam kemiskinan.

Apa yang dilakukan Mush’ab bin Umair tidak lain hanya untuk meniti jalan yang digariskan Nabi guna mendapat keridaan Allah semata. Allah mengabadikan hal itu sebagaimana firman-Nya:

وَا صْبِرْ نَـفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِا لْغَدٰوةِ وَا لْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْ ۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ وَ لَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَا تَّبَعَ هَوٰٮهُ وَكَا نَ اَمْرُهٗ فُرُطًا

“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.” (QS. Al-Kahf : 28)

Atas keteguhan dalam meniti jalan profetik itu, Allah memuliakan Mush’ab bin Umair. Dia pun dijadikan Nabi sebagai utusan yang dikirim ke Madinah untuk menjadi duta pertama untuk mengajarkan Islam.

Atas jerih payahnya itu, maka tidak ada satu pintu keluarga Madinah kecuali memeluk Islam. Hal ini disebabkan oleh Mush’ab bin Umair yang menjelaskan Islam kepada mereka melalui tokoh-tokoh penting Madinah, seperti Sa’ad bin Mu‘ad dan Sa’ad bin Ubadah.

Peran penting dua inilah yang mempengaruhi penduduk Madinah untuk memeluk Islam.
Bagi penduduk Madinah, Mush’ab bin Umair dikenal sebagai orang yang menunjukkan jalan kebaikan.

Atas kegigihan dalam memegang teguh Islam, dengan meninggalkan fasilitas kehidupan yang mewah, maka Allah pun mengangkat derajatnya. Di akhir hanyatnya, Mush’ab bin Umair meninggal dalam keadaan syahid di perang Uhud.

Pemuda Al-Kahfi dan Mush’ab bin Umair merupakan contoh pemuda yang rela meninggalkan kemewahan hidup dunia, dan dengan sabar menjalani hidup penuh kesederhanaan.

Atas kerelaan berpegang teguh pada nilai-nilai profetik itu, maka Allah menolong dan mengangkat derajatnya. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini