Muhammadiyah Butuh Penambahan Dai Komunitas
Rakornas LDK PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
UM Surabaya

Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah ingin menambah darah segar dai untuk dakwah komunitas, khususnya untuk daerah 3T. Ini dilakukan karena tantangan dakwah komunitas yang kian kompleks

Pandangan tersebut disampaikan Bendahara LDK PP Muhammadiyah Muhammad Mufid dalam agenda Rakornas LDK PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (26/8/2023). Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan wilayah dan beberapa LDK daerah di Indonesia.

Wakil Ketua LDK PP Muhammadiyah Agus Tri Sundani mengamini pendapat tersebut. Dia menceritakan pengalaman ketika menjadi dai khusus Muhammadiyah yang ditugaskan di daerah Kalimantan Tengah di tengah-tengah komunitas Suku Dayak.

Menurut Agus, penguatan dakwah komunitas untuk era sekarang mendesak untuk segera ada penambahan dai.

Hal itu menurutnya, karena tantangan dakwah yang kian kompleks dan semakin banyak komunitas yang harus disentuh dan mendapat pencerahan dari Muhammadiyah.

Dai yang terjun ke pedalaman Kalimantan Tengah sejak 1985 ini menambahkan, tantangan dakwah dai Muhammadiyah di masa dulu memang berat, namun yang dihadapi oleh dai di masa sekarang kian kompleks. Lebih-lebih dengan adanya gawai yang menggeser banyak hal dalam kehidupan.

“Kami dulu babat alas di Kalimantan itu memang berat. Tetapi tantangan sekarang juga semakin kompleks, masyarakat sudah banyak yang dunianya di media sosial,” ungkapnya.

Agus menekankan, calon dai komunitas khusus tidak cukup dibekali dengan materi-materi keagamaan saja.

Tetapi juga dibekali ilmu-ilmu instrumen sebagai penunjang keahlian dalam berdakwah. Dia mencontohkan seperti kemampuan bertani, keadaban digital, dan instrumen lainnya.

Muhammad Mufid, dai lainnya, mengatakan bahwa gawai atau smartphone merupakan tantangan tersendiri bagi dai komunitas.

Akses digital disebutnya sudah masuk ke bilik-bilik keluarga yang seharusnya sebagai tempat intim membangun keluarga.

“Media sosial sudah masuk ke bilik kamar anak-anak kita. Kita butuh terobosan dakwah yang menghalau dampak-dampak negatif dari intervensi media sosial ini,” tuturnya.

Selain itu, penambahan dai komunitas menurutnya dibutuhkan juga untuk menggarap komunitas-komunitas marjinal. Baik yang termarjinalkan secara struktural maupun kultural. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini