Kita semua tentu menyadari bahwa ilmu sebagai sesuatu yang sangat mulia. Dalam agama kita, ilmu diibaratkan fondasi dalam menghamba kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Banyak sekali ayat dan hadis yang menerangkan mulianya ilmu, di antaranya :
Pertama, Allah berfirman di dalam Alquran: “Ketahuilah/ilmuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan/tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 19)
Pada ayat di atas, Allah Ta’ala perintahkan “mengilmui’’ terlebih dahulu, sebelum kemudian terjun ke ranah ibadah. Ini menunjukkan bahwa ilmu adalah pijakan, pondasi dan modal utama, dalam menghamba kepada Allah
Ibadah yang disinggung pada ayat di atas adalah ibadah istigfar, yang dapat dimaknai pula seluruh ibadah hendaklah didahului ilmu.
Kedua, ayat Alquran dalam surah Ali Imran: “Allah bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)” (QS. Ali Imran: 18)
Perhatikan ayat ini (orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu), Allah menyandingkan persaksian-Nya dengan persaksian orang-orang berilmu serta para malaikat, akan keesaan-Nya.
Sangatlah cukup kedudukan seperti ini sebagai bukti yang menyadarkan orang- orang beriman tentang mulianya ilmu.
Ketiga, Alquran surah Az-Zumar: “Katakanlah, Samakah antara orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?!” (QS. Az Zumar: 9)
Ayat ini bermakna istifham inkari, yang bermakna, “Tentu tidak sama antara orang yang berilmu dengan yang tidak.”
Keempat, Alquran surah Al Mujadillah ayat 11: “Allah akan meninggikan orang- orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadillah: 11)
Kelima, Alquran surah Al-Maidah ayat 4. “Mereka menanyakan kepadamu: “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?”
Katakanlah: “Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.
Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya).” (QS. Al Maidah: 4)
Bayangkan saja, anjing yang tidak berilmu oleh Allah dimuliakan. Ayat di atas menerangkan kepada kita halalnya hewan buruan hasil tangkapan anjing yang terlatih dan disebut nama Allah saat melepasnya, hukumnya halal dimakan.
Inilah bentuk mulianya anjing yang berilmu. Maka, jika binatang saja dapat mulia karena ilmu, lebih lagi manusia, sebagai makhluk Allah yang mulia dari hewan !
Keenam, hadis Ummu Salamah radhiyallahu’anha. Nabi saw apabila selesai salat subuh selepas salam beliau membaca : “Ya Allah, sungguh aku minta kepada-Mu ilmu yang manfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.” [1]
Perhatikan permintaan pertama dalam doa yang rutin beliau saw pembuka hari. Hal pertama yang beliau pinta adalah ilmu yang bermanfaat. Ini menunjukkan ilmu adalah modal untuk mendapatkan rezeki yang halal dan baik, serta amal saleh yang diterima Allah.
Dan masih banyak lagi dalil yang menunjukkan kemuliaan ilmu. Harus kita sadari bersama, bahwa kemuliaan-kemuliaan ilmu di atas menjadi tak berarti, saat kita cacat dalam satu hal, yaitu amal.
Iya, ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah. Pembawa ilmu tak akan menjadi mulia bila ilmu yang ia pelajari tak membuahkan amal.
Pada tulisan ini, Anda akan mendapatkan beberapa poin bukti yang menguatkan pesan ini, yaitu ilmu tak akan berbuah kemuliaan bila tak diamalkan. (*)
Rujukan : Tsamaroh Al-Ilmi Al-Amal, karya Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdulmuhsin Al-‘Abbad hafidzohumallah ta’ala
Catatan Kaki
[1] HR. Ibnu Majah, no. 925 dan Ahmad 6: 305, 322. Al-Hafizh Abu Thahir, sahih.
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News