Kisah Qorun, Kufur Nikmat, dan Kesempurnaan Tauhid
foto: pinterest
UM Surabaya

Oleh: Ferry Is Mirza DM
Jurnalis Senior

Allah Ta’ala memberikan banyak pelajaran kepada kita melalui kisah-kisah yang terdapat dalam Alquran. Di antaranya kisah Qorun yang memiliki harta berlimpah sebagaimana terdapat dalam Alquran surat Al-Qashash ayat 76 sampai 83.

Pada ayat tersebut diceritakan Qorun berlaku sombong atas harta yang ia miliki. Allah berfirman: “Qorun berkata: Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.

Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat- umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?
Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” (QS Al-Qashash : 78)

Dalam ayat tersebut, Allah menceritakan kisah Qorun yang tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya. Ia tidak memuji Allah yang telah memberikan nikmat kepadanya.

Ia juga tidak menggunakan nikmat harta yang diperoleh dalam jalan ketaatan. Maka inilah bentuk kufur nikmat yang dilakukan Qorun.

Maka Allah memberikan azab yang pedih yaitu ditenggelamkan ke dalam bumi beserta seluruh hartanya. Allah Ta’ala berfirman:

“Maka Kami benamkanlah Qorun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS. Al Qashash : 81)

Menyimak kisah Qurun di atas, kita akan membahas tentang kufur nikmat. Insya Allah pembahasan singkat ini bisa bermanfaat untuk kita semua.

Nikmat yang Allah berikan kepada kita sangatlah banyak. Tidak ada seorang pun di antara kita yang mampu menghitungnya.

Baik berupa harta, keluarga, kesehatan dan yang paling besar adalah nikmat hidayah iman dan Islam. Sebagaimana yang Allah firmankan

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)” (QS. An Nahl: 53)

Namun sering kali kita kurang menyadari akan nikmat yang telah kita terima tersebut. Sehingga tentu saja membuat kita lalai dari mensyukurinya. Padahal seorang muslim wajib mensyukuri nikmat yang ia peroleh.

Allah Ta’ala berfirman: “Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.” (QS. Al Baqarah: 152)

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan dan melarang kita untuk berbuat kufur.

Bahkan di ayat yang lain Allah mengancam orang- orang yang berbuat kufur dengan azab yang pedih. Sebagaimana dalam firman-Nya : “Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Oleh karena itu wajib bagi kita untuk perhatian terhadap perkara yang penting ini. Sehingga tidak menjadi golongan orang-orang yang kufur atas nikmat Allah dan dapat terhindar dari ancaman azab yang pedih.

Definisi Kufur Nikmat

Kufur nikmat merupakan lawan dari mensyukuri nikmat. Syukur adalah menampakkan pengaruh nikmat yang telah Allah berikan kepada seorang hamba dari hatinya dengan keimanan, dari lisannya dengan pujian dan dari anggota badannya dengan ibadah serta ketaatan. Sehingga seorang dapat dikatakan bersyukur jika terpenuhi tiga unsur :

1. Hatinya meyakini bahwa semua nikmat yang didapatkan adalah berasal dari Allah

2. Lisannya memuji Allah

3. Anggota badannya digunakan untuk beramal saleh.

Barang siapa yang tidak merealisasikan ketiga perkara tersebut, maka ia telah terjatuh dalam kufur nikmat.

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh menjelaskan dalam kitab At-Tamhid: Maka wajib bagi seorang hamba memahami benar-benar bahwa setiap nikmat adalah berasal dari Allah.

Kesempurnaan tauhid tidak mungkin terwujud tanpa sikap penyandaran setiap nikmat kepada Allah.

Penyandaran nikmat kepada selain Allah merupakan kekurangan dari kesempurnaan tauhid dan termasuk dalam kesyirikan kepada Allah.”

Sering kali kita jumpai, sebagian orang menyandarkan nikmat yang ia terima kepada selain Allah.

Misalnya seorang ketika dalam kesulitan (yang disertai kegelisahan hati), tiba-tiba temannya datang memberikan pertolongan. Kemudian serta merta hati dia menjadi tenang dan mengucapkan, “Untung ada kamu, coba kalau tidak, pasti akan terjadi begini dan begitu”.

Maka hal ini adalah keliru. Karena sesungguhnya nikmat pertolongan itu datang dari Allah Ta’ala. Allah menjadikan sebab datangnya seseorang untuk terwujudnya pertolongan.

Sudah sepatutnya kita menyandarkan hati /tawakal hanya kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

“Mereka mengetahui nikmat Allâh, kemudian mereka mengingkarinya.” (QS. An-Nahl: 83)

Syaikh Utsaimin menegaskan makna ayat tersebut: Mereka mengingkari penyandaran nikmat kepada Allah. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini