Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir bertemu Perdana Menteri Malaysia Dato’ Seri Anwar Ibrahim di Jakarta, Senin (4/9/2023).
Dalam pertemuan tersebut Haedar menyampaikan tahniah Hari Kemerdekaan Malaysia. Selain itu, dia juga berterima kasih karena sudah diberikan izin mendirikan perguruan tinggi di sana, di pertemuan ini Haedar juga sampaikan rencana kerja sama multi sektor.
Sebagaimana diketahui, Persyarikatan Muhammadiyah memiliki perguruan tinggi — Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) di Perlis, Malaysia. Haedar tidak memungkiri peran Seri Anwar Ibrahim atas terbitnya izin pendirian UMAM di Malaysia, bahkan dia menyebut peran Dato’ Seri Anwar Ibrahim atas UMAM sejak sebelum dia menjadi Perdana Menteri Malaysia.
“Kami juga memohon izin, sesuai regulasi untuk mendirikan sekolah Muhammadiyah di samping TK yang sudah ada di Malaysia atau Kuala Lumpur. Di samping kita mempunyai Muhammadiyah Australian College tentu kami juga akan mendirikan sekolah Muhammadiyah di Malaysia,” ungkap Haedar seusai pertemuan.
Selain itu, dalam pertemuan tersebut PP Muhammadiyah juga menyampaikan dukungan agar Muhammadiyah meningkatkan mitra di Malaysia. Dia berharap, selain menjalin kerja sama dengan pemerintah, Muhammadiyah juga akan membangun sinergi dengan swasta di negeri Jiran tersebut.
“Termasuk dalam program ekonomi, di mana ini termasuk problem besar umat Islam di Indonesia, Malaysia maupun di negara-negara ASEAN,” sambung Haedar.
Menurutnya itu sebagai titik awal umat Islam sebagai yang terbaik, dan memberikan kebaikan bagi semesta. Ikatan baik yang terbangun antara Muhammadiyah dengan Dato’ Seri Anwar Ibrahim sudah terjalin sejak lama.
Pasalnya sebelum jadi Perdana Menteri Malaysia, Dato’ Seri Anwar Ibrahim merupakan aktivis pergerakan Islam yang akrab dengan Muhammadiyah dan tokoh-tokohnya.
Kedekatan Sejarah dan Pemikiran
Berangkat dari kedekatan sejarah dan pemikiran, Haedar berharap ke depan antara Pemerintah Indonesia dengan Malaysia bisa saling mendukung untuk backup peran dan movement dari kaum muslim Indonesia-Malaysia agar bertumbuh jadi kekuatan elaboratif, kolaboratif dan kohesif.
“Kita juga perlu menyambung mata rantai gerakan Islam muda modernis, agar Islam Malaysia dan Islam Indonesia terus bersambung untuk memainkan peran muslim muda Indonesia-Malaysia menyambut masa depan bangsa,” ungkapnya.
Sementara itu menyambut KTT ASEAN, Muhammadiyah berharap Indonesia-Malaysia bisa saling menguatkan sinergi dan kolaborasi. Poros Indonesia-Malaysia diharapkan menjadi kekuatan kohesif di Asia Tenggara, dan di tingkat global. Sehingga mendorong pergerakan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keagamaan sebagai kekuatan penting bagi bangsa-bangsa.
Sebagai negara dengan kekuatan Islam terbesar di dunia, Indonesia dan Malaysia juga diharapkan menjadi kekuatan yang berperan dalam menciptakan persatuan dan perdamaian global.
Bersama dengan negara-negara Islam lain seperti Turki, diharapkan negara-negara muslim ini menjadi kekuatan alternatif dan kolaboratif dengan bangsa dan negara lain di tengah perkembangan geopolitik yang kompleks.
“Karena dunia memerlukan sumber nilai agama, dalam hal ini Islam sebagai rahmatan lil alamin sebagai kekuatan yang mendamaikan, mempersatukan, yang memajukan kehidupan. Lebih dari sekadar persaingan politik, ekonomi global. Saya pikir kekuatan paradigma muslim bisa menjadi kekuatan baru,” kata Haedar.
Dia bersyukur atas semua yang disampaikan tersebut, Dato’ Seri Anwar Ibrahim merespons positif. Bahkan dalam pertemuan tersebut Dato’ juga mengenang perjumpaannya dengan tokoh-tokoh muslim Indonesia.
Haedar juga mengapresiasi gerakan poros kaum muda Indonesia-Malaysia untuk berkolaborasi, dan Muhammadiyah diharapkannya untuk mengambil prakarsa melalui pelatihan dan aktivitas lainnya.
“Muhammadiyah memang diharapkan oleh yang mulia untuk menjadi katalisator untuk mengambil prakarsa, menyatukan, membangun kolaborasi kaum muda Indonesia dan Malaysia. Dan untuk peran dunia Islam tentu memerlukan kebersamaan dengan negara-negara muslim dan Malaysia memang melakukannya dengan bertahap. Saya pikir memang tidak bisa dengan tergesa-gesa, tetapi perlu sistemik yang berkelanjutan,” jelas Haedar.
Setelah pertemuan ini, akan ditindaklanjuti dengan pertemuan selanjutnya di Kuala Lumpur, Malaysia untuk membahas kolaborasi, kerja sama, dan komunikasi antara Muhammadiyah dengan Malaysia. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News