Menjadikan Islam sebagai Agama yang Membumi
Haedar Nashir. foto: ist
UM Surabaya

Negara Indonesia telah lama menjadi bukti bahwa Islam dapat hidup secara damai, moderat, dan adaptif dalam konteks masyarakat yang beragam.

Hal itu ditegaskan Ketua PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir dalam Tabligh Akbar Muhammadiyah di Sumedang, Sabtu (9/9/2023).

Menurut dia, Islam di Indonesia telah menunjukkan kemampuannya untuk beradaptasi dengan kebudayaan setempat tanpa mengorbankan prinsip-prinsip inti agama.

“Tidak mungkin agama yang datang dari jazirah Arab bisa diterima masyarakat kepulauan seperti Indonesia ini, lalu dianut masyarakat Nusantara, jika Islam bukan agama yang dapat beradaptasi dengan masyarakat setempat, tanpa kehilangan prinsip-prinsip Islam. Ini anugerah Allah yang perlu kita fahami,” jelas Haedar

Kata Haedar, salah satu kunci keberhasilan Islam di Indonesia adalah keragaman para penggeraknya. Dari para wali, saudagar, ahli tasawuf, hingga ahli fikih, pendakwah Islam di Indonesia berasal dari berbagai latar belakang.

Inilah yang memberikan warna-warna berbeda pada Islam di Indonesia, namun tetap mempertahankan akar yang sama, yakni Islam.

Dalam konteks ini, kata Haedar, Islam di Indonesia bukan hanya sebuah risalah yang bersifat universal, tetapi juga sebuah risalah yang membumi di setiap negeri.

Selama periode sejarah di mana peradaban Islam mengalami tantangan dan penjajahan kolonial, masing-masing wilayah berkembang dengan ciri khasnya sendiri.

Arab Saudi, sebagai contoh, menjadikan Islam sebagai dasar negara, sementara Indonesia mengambil inspirasi dari Islam untuk menciptakan Pancasila sebagai dasar negara.

Pancasila, yang akhirnya dirumuskan dan diadopsi sebagai dasar negara Indonesia, adalah hasil dari kompromi antara berbagai kelompok dan tokoh yang memiliki pandangan beragam.

Salah satu tokoh Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo turut serta dalam membidani Pancasila seperti yang kita kenal saat ini.

“Pada saat peradaban Islam jatuh, terjadi penjajahan oleh kolonial, tiap-tiap wilayah memiliki ciri khas masing-masing. Arab Saudi menjadikan Islam sebagai dasar negara, sementara Indonesia, Islam menginspirasi lahirnya Pancasila sebagai dasar negara,” papar Haedar.

Berdasarkan paparan di atas, Haedar mengatakan bahwa dalam konteks bernegara, aspek muamalah sangat terbuka untuk melakukan ijtihad (penafsiran kreatif).

Hal ini mencerminkan keragaman yang menjadi bagian integral dari keislaman itu sendiri.

Islam di Indonesia adalah contoh tentang bagaimana agama dapat hidup berdampingan dengan kebudayaan lokal, menciptakan masyarakat yang damai, moderat, dan adaptif.

Semua ini adalah anugerah Allah yang perlu kita fahami dan pelihara sebagai warisan berharga bagi masa depan. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini