*) Oleh: Ust. Fatkhur Rohman, S. Ag
Korbid Majelis Tabligh PDM Kabupaten Mojokerto
Mengapa Allah Ta’ala menyerupakan dunia dengan air?
{وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ}
“Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit.” (QS. Al Kahfi: 45)
Allah SWT menyerupakan dunia mengandung hikmah sebagai berikut:
1. Air tidaklah tetap dalam satu keadaan, demikian pula dunia tidaklah tetap pada satu keadaan.
2. Air akan hilang dan tidak tetap, demikian pula dunia itu fana tidak kekal.
3. Tidaklah seorang pun dari makhluk hidup yang masuk ke air kemudian tidak basah, demikian pula dunia tidak ada seorang pun yang selamat dari fitnah dan kejelekannya.
4. Air apabila sesuai dengan kadarnya, akan memberikan manfaat dan menumbuhkan tanaman. Namun ketika melebihi kadarnya akan membahayakan dan mencelakakan.
Demikian pula dunia, ketika cukup darinya maka bermanfaat. Namun ketika melebihi, maka membahayakan.” (Al Jami’ li Ahkamil Qur’an (13/289).
Air dihadirkan Allah dalam kehidupan manusia sebagai rezeki (QS Al Baqarah [2]:22).
Namun, air tidak sekadar rezeki, ia pun menjadi ayat kauniah, tanda kebesaran-Nya, yang perlu dibaca agar kita merengkuh pesan moral. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَفِى الْاَ رْضِ اٰيٰتٌ لِّلْمُوْقِنِيْنَ
“Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin.”
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَفِيْۤ اَنْفُسِكُمْ ۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ
“dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
(QS Adz Dzariyat [51]: 20-21).
Ada sejumlah pesan moral yang dapat dipelajari dari air.
Pertama, air itu menghidupi. Allah SWT berfirman, “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.”
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ كَا نَـتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَا ۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَآءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?” (QS Al Anbiya’ [21]: 30).
Air menumbuhkan tanaman, menyuburkan tanah, bahkan mengalirkan oksigen dalam darah manusia. Di mana pun air berada, ia bermanfaat. Manusia pun selayaknya demikian.
Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” (HR Ahmad).
Kedua, ia bergerak tanpa henti. Karena jika ia diam, pasti kotor dan keruh. Imam Syafii berkata, “Saya lihat air yang diam menyebabkan kotor. Bila dia mengalir, ia menjadi bersih.
Dan bila tidak mengalir, ia tidak akan jernih. Singa bila tidak meninggalkan sarangnya, dia tidak akan pernah memakan mangsanya. Dan anak panah bila tidak terlepas dari busurnya, tidak akan pernah mengenai sasarannya.”
Orang yang tidak memiliki aktivitas atau pekerjaan, pikiran dan hatinya kemungkinan besar akan keruh dan kotor. Akibatnya, mata dan hatinya melihat secara negatif segala sesuatunya (suuzan).
Ketiga, air tak pernah bisa dipecah atau dihancurkan. Bahkan, ia akan menenggelamkan benda-benda keras yang menghantamnya dan menghanyutkan.
Ia hanya akan pecah saat ia mengeras, membeku. Inilah karakter dasar air, yakni mencair, mudah meresap, menguap, dan kembali turun untuk menyejukkan.
Karakter cair ini berguna jika seseorang menghadapi masalah. Karena bila kita bersikap mengeras, membatu, maka kita mudah pecah, stres, gampang dilempar ke sana-sini, dan seterusnya dalam menghadapi samudera kehidupan.
Keempat, air berpasrah diri (Islam) secara total pada tatanan (kosmos) alam. Ia mengalir dari tempat tinggi ke arah yang lebih rendah.
Ia menguap bila terkena panas, membeku jika tersentuh dingin, meresap di tanah, menguap ke awan, dan turun sebagai hujan. Ia kemudian menyatu di lautan raya, berpencar di sungai, kali, dan selokan.
Air mengikuti harmoni alam (sunatullah) yang digariskan Allah SWT. Harmoni alam itu tunduk dan patuh pada prinsip keseimbangan dan keadilan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَا لسَّمَآءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيْزَا نَ
“Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan,” (QS Ar Rahman [55]:7).
Jika kesimbangan dirusak maka air pun protes. Air berhak atas tempat resapan. Jika tidak ada tempat resapan, air akan terus mencari tempat yang paling rendah.
Jika tak ada yang tepat sebagai resapannya maka terjadilah banjir. Banjir merupakan bentuk protes air karena tempat resapan serta jalan kembali ke lautan raya, tergusur oleh kerakusan dan keserakahan tangan manusia.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar Rum [30]: 41).
Sudahkah kita belajar dari siklus air yang berpasrah, tunduk, dan patuh secara total pada Allah SWT? Semoga bermanfaat, dan kita semua bisa mengambil hikmahnya. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News