Perjalanan Pulang Menuju Kematian
foto: engelsbergideas.com

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

“Life is the time we spend on the train, and once our destination point is reached, we have to leave the train.”
(Hidup adalah waktu yang kita habiskan di kereta, dan begitu titik tujuan kita tercapai, kita harus meninggalkan kereta)

Innalilahi Wa Inna Ilaihi Rooji’un, telah berpulang bapak/ibu …, RT …, RW …, Insya Allah akan dimakamkan pagi ini. Inilah inilah suara speaker masjid kampung yang mengumumkan kematian seseorang.

Kalau kita masih mendengarnya berarti yang mati bukan kita, kita masih hidup. Tapi suatu saat pada waktunya nanti nama kita akan disebut juga oleh pembaca pengumuman di masjid atau musala kampung kita itu.

Bahkan orang yang mengumumkan itu pun akhirnya juga diumumkan. Semua pada akhirnya akan mati.

Allah SWT berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. Al- Ankabuut: 57)

Tidak satu pun manusia yang bisa bersembunyi dari kematian. Ke mana pun dan di mana pun manusia berada berada, jika telah sampai masanya, kematian itu akan menghampirinya.

Allah SWT berfirman:

أَيْنَمَا تَكُونُوا۟ يُدْرِككُّمُ ٱلْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِى بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَإِن تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا۟ هَٰذِهِۦ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا۟ هَٰذِهِۦ مِنْ عِندِكَ ۚ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ ۖ فَمَالِ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan:

“Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”.

Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS. An-Nisaa: 78)

Martin Heidegger seorang ahli ilmu psikologi, mengatakan bahwa hidup adalah suatu kehadiran yang tertuju ke arah kematian.

Sedangkan bila ajal telah mendatangi seseorang maka mereka tidak punya daya sedikit pun di hadapannya.

Allah SWT berfirman:

قُل لَّآ أَمْلِكُ لِنَفْسِى ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُ ۗ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۚ إِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَـْٔخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

“Katakanlah: “Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah”.

Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan(nya). (QS. Yunus: 49)

Jadi pada akhirnya manusia harus pulang kepada Allah SWT dalam keadaan suka atau terpaksa, tamu terakhir itu pasti datang dan mereka adalah makhluk Allah SWT yang tidak pernah gagal dalam tugas.

Malaikat maut yang merenggut segala cita dan angan dan orang -orang menyebut kita sebagai mayat atau almarhum almarhumah. Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini