Lolos dan menjadi mahasiwa Fakultas Kedokteran (FK) bukan hal yang mudah. Pasalnya, proses seleksinya sangat ketat.
Namun hal tersebut berhasil dibuktikan oleh Aisyah Nafi’ah Syahidah dan Aisyah Nailah Syahidah. Dua mahasiswa baru asal Tambana Kota Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut berhasil diterima di FK UM Surabaya lewat jalur prestasi.
Saudara kembar yang kerap disapa Nafi’ah dan Nailah tersebut mengaku bahwa keinginannya untuk menjadi dokter adalah cita-citanya sejak kecil dan juga support secara penuh kedua orang tua.
Nafi’ah mengaku bahwa ayahnya Damhuri dan ibunya Rahmayanti bukan seorang dari tenaga kesehatan, namun beberapa keluarga dari ibunya menjadi dokter.
Sementara itu Nailah mengaku, keinginannya menjadi dokter juga dilatarbelakangi meningkatkan kinerja tenaga medis di wilayah kecil, khususnya di NTB.
“Di NTB jumlah dokter masih terbatas apalagi dokter spesialis, sehingga menjadi kendala dalam menangani pasien. Harapannya besok setelah lulus bisa terlibat dalam memberikan kontribusi di wilayah kesehatan,” tutur Nailah.
Sering Bertukar Kelas
Dua saudara kembar tersebut memiliki hobi yang sama, yakni membaca buku. Dalam hal pakaian dan makanan keduanya juga memiliki selera yang mirip.
Menurutnya sejak kecil ayah dan ibunya sering membelikan banyak buku salah satunya novel KKPK, sehingga keduanya memiliki ketertarikan yang tinggi terkait membaca. Keduanya juga tidak pernah berbeda soal sekolah, dari jenjang TK hingga SMA.
Menurut pengakuannya, ada pengalaman unik yang pernah dilakukan oleh keduanya. Saat mengikuti bimbel keduanya pernah saling bertukar kelas, namun tidak ada orang yang sadar terkait hal tersebut.
Keduanya juga mengaku bahwa orang lain kerap kali salah panggil akan dirinya, lantaran tidak bisa membedakan.
Saat di SMA, keduanya aktif mengikuti kejuaraan lomba baik dari tingkat Kabupaten hingga Provinsi. Tak hanya itu Nailah dan Nafi’ah juga aktif di organisasi bahkan beberapa kali mereka menjadi pengisi podcast di sekolah.
Menurut pengakuan Nailah saat duduk di bangku SMA ia pernah mendapatkan sertifikat tahfidz 10 juz, ia juga sering kali menjadi koordinator dalam agenda-agenda besar.
Kini setelah keduanya menjadi mahasiswa UM Surabaya, ia ingin membanggakan kedua orang tuanya dengan aktif di organisasi dan mendapatkan IPK yang bagus di setiap semesternya.
“Jadi mahasiswa kedokteran itu kan padat aktivitasnya, jadi semoga bisa membagi waktu dengan sebaik-baiknya, dan yang paling penting bisa lulus tepat waktu,” ucap Nailah. (*/is)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News